playlist

Saturday, 2 December 2017

PSIKOLOGI SOSIAL: Persepsi Sosial


A.      PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL
Dalam psikologi, persepsi memiliki arti proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Lebih singkat memiliki arti adalah suatu proses yang di dahului oleh pengindraan. (Sarwono, 2009).
Persepsi sosial adalah suatu proses pemahaman oleh seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu realitas sosial. (Hanurawan, 2012). Pengertian yang lain mengenai persepsi sosial adalah aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali atau dengan kata lain mencari tahu dan mengerti orang lain. (Sarwono, 2009)
Persepsi dapat berupa apa saja. Atribut-atribut individual yang mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik dan kemampuan menilai. Dengar persepsi sosial kita berusaha untuk mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki dan didambakan orang lain(1) membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak gerik tubuh, kata kata, dan tingkah laku mereka(2) menyesuaikan tindakan sendiri demgam keberatan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut (3) (Sarlito dan eko,2009)


B.       PERSEPSI SOSIAL SEBAGAI PROSES
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Kesan yang kita bentuk di dasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsangan-rangsangan yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia beroperasi pada bias-bias tertentu untuk membentuk kesan orang lain. Contohnya, ketika kita cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpenampilan rapi, tampan dan wangi merupakan orang yang baik daripada orang yang berpenampilan tidak lebih baik. Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terlebih dahulu yang dianggap baik disebut efek halo.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan oleh orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan dari tanda nonverbal.
Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi yang dalam psikologi sosial merupak langkah awal dari pembentukan kesan. Atribusi merupakan istilah umu yang merujuk pada suatu proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan memperoleh pengetahuan sifat-sifat, serta disposisi yang menetap pada orang lain. (Sarwono, 2009)

C.      FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI SOSIAL

  1.      Faktor Penerima (the perceiver)
Dalam mengamati orang lain yang menjadi sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, pemahaman merupakan suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat (konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Pengalaman di masa lalu menjadi bagian dasar informasi yang juga memengaruhi pembentukan persepsi seseorang. 
  2.      Situasi (the situation)
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dibagi menjadi tiga,yaitu:
a.       Seleksi, merupakan sikap alamiah seseorang yang akan lebih memusatkan perhatian pada objek-objek yang dianggap lebih disukai.
b.      Kesamaan, pengklasifikasian orang-orang skema structural yang telah ada stereotip tertentu.
c.       Organisasi, individu dalam proses persepsi sosia cenderung untuk memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang logis, runtut, dan teratur (sistematis).    
  3.      Objek sasaran (the target)
Dalam proses pembentukan persepsi sosial juga dipengaruhi oleh objek yang diamati, yakni orang lain. Beberapa cirri yang terdapat dalam objek sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh terhadap persepsi sosial. Ciri-ciri yang dapat menimbulkan kesan pada diri penerima antara lain, keunikan (novelty), kekontrasan, ukuran dan intersitas, dan kedekatan (proximity). (Hanurawan, 2012)

D.      TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita akan mencari segala informasi tentang orang tersebut, bisa saja kita akan bertanya kepada orang lain tentang apa yang mereka rasakan tapi cara ini tidak selalu memeberikan hasil yang tepat karena orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang mereka alami. Apalagi jika kita yang bertanya dengan orang yang baru kita kenal, orang-orang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaan mereka kepada orang lain yang baru dikenalnya. Dalam keadaan seperti itu untuk memahami orang lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh fisik mereka. Kita mencoba mengenali mereka melalui tingkah laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai berbagai tujuan(petterson, 1983) sebagai berikut:
1.      Tingkah laku nonverbal menyediakan menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek.
2.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi.
3.      Tingkah laku nonverbal dapat digunaakam untuk mengungkapkan keintiman.
4.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali.
5.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan.
Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukan sikap mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian dan memfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.
Tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang lain.
Saluran Komunikasi Nonverbal
Aktifitas-aktifitas nonverbal pada bagian-bagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat menjadi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Dari hasil penelitian menemukan bahwa ada lima saluran komunikasi nonverbal, yaitu:
   1.      Ekspresi wajah
Melalui ekspresi wajah kita dapat mengenali dan mengerti emosi orang lain. Hasil penelitian tentang hubungan ekspresi wajah dengan emosi menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oelh ekspresi wajah, yaitu: marah, takut, laget, bahagia, dan jijik(izzart 1991;Rozin, Lowry 7 Ebert,1994). Perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah seperti apa yang ditampilkan pada situasi tertentu(Baron, Bryne,& Branscombe, 2006)
   2.      Kontak mata
Orang secara sadar atau tudak sadar sering melakukan aktifitas yang melibatkan kontak mata. Dalam beberapa konteks pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda.
   3.      Gerak-gerik  atau gerakan badan
Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan  badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga kita dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain.
   4.      Postur
Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut dengan bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh dapat menunjukan kepada kita keadaan emosional orang lain.
   5.      Sentuhan
Sentuhan bisa menjadi petunjuk bagi afeksi, kepedulian, minat seksual, dominasi, atau agresi. Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait dengan:1. Siapa yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing); 2. Jenis kontak fisik (lama atau sebentar, lembut atau kasar); 3.konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial). Dalam beberapa budaya, jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat sentuhan sering kali menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh(Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982). Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.
Komunikasi Nonverbal Melalui Multi-Saluran
Dengan mencermati beragam tanda dari beragam saluran komunikasi nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang dirasakan orang lain. (Sarwono, 2009)
E.       ATRIBUSI: MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU ORANG LAIN

    1.      Teori Atribusi dari Heider
Heider dikenal sebagai bapak dari teori atribusi
à Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi.)
à Atribusi merupakan analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomen menampilkan gejala-gejala tertentu
à  Ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku:
a)      Atribusi internal/disposisional
b)      Atribusi eksternal/lingkungan

   2.      Teori Atribusi dari Kelley
   è Atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional
F.       BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL
1.      Efek Halo
Suatu kesimpulan tentang kesan umum individu terhadap cirri-ciri orang lain pada suatu peristiwa (first impression) yang secara logis juga berlakau untuk peristiwa lain. (Hanurawan, 2012)
2.      Bias Korespondensi
Fenomenayang ditandai oleh kecenderungan kurang mempertimbangkan faktor penyebab eksternal.( Jones, 1979)
3.      Kesalahan Atribusi Fundamental
Kecenderungan untuk memersepsikan orang lain sebgaimana yang ditampilkannya karena sifat-sifat yang dimiliki orang tersebut.
4.      In-Group Bias
Kecenderungan menyukai anggota-anggota kelompok kita sendiri dibandingkan anggota-anggota kelompok lain (Allen & Wilder, 1975; Billig & Tajfel, 1973; Brewer, 1979; Tajfel, 1970; Wilder, 1981.)
5.      In Group-out group asymmetry
Kecenderungan memersepsikan kelompok sendiri dengan cara dan standar yang berbeda dengan cara memersepsikan orang lain. (Berhubungan dengan tipografis.) 


DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan, Fattah, Psikologi Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.







Disusun oleh Kelompok 1: Esti, Hanny, Dhea, Tata, Eni, Ulfa, Fithra, Nafissa.
Btw, materi dalam makalah ini dipersingkat diminimalisir disederhanakan diringkas sedemikian rupa ya  hehehe, dikarenakan memang pada saat itu diberi aturan maksimal 8 halaman saja :). 

No comments:

Post a Comment