A.
PENGERTIAN
PERSEPSI SOSIAL
Dalam psikologi, persepsi memiliki arti proses perolehan,
penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Lebih singkat memiliki
arti adalah suatu proses yang di dahului oleh pengindraan. (Sarwono, 2009).
Persepsi sosial adalah suatu proses pemahaman oleh seseorang
terhadap orang lain atau terhadap suatu realitas sosial. (Hanurawan, 2012). Pengertian yang lain mengenai persepsi sosial adalah aktivitas
mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali atau dengan kata
lain mencari tahu dan mengerti orang lain. (Sarwono, 2009)
Persepsi dapat berupa apa saja. Atribut-atribut individual yang
mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik
dan kemampuan menilai. Dengar persepsi sosial kita berusaha untuk mengetahui
apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki dan
didambakan orang lain(1) membaca apa yang ada di dalam diri orang lain
berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak gerik tubuh, kata kata, dan
tingkah laku mereka(2) menyesuaikan tindakan sendiri demgam keberatan orang
lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut (3) (Sarlito
dan eko,2009)
B.
PERSEPSI SOSIAL
SEBAGAI PROSES
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita
untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Kesan yang kita bentuk di
dasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu
tentang rangsangan-rangsangan yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia
beroperasi pada bias-bias tertentu untuk membentuk kesan orang lain. Contohnya,
ketika kita cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpenampilan rapi, tampan dan
wangi merupakan orang yang baik daripada orang yang berpenampilan tidak lebih
baik. Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari
penampilannya terlebih dahulu yang dianggap baik disebut efek halo.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda
nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan oleh orang lain.
Tanda-tanda nonverbal ini merupan informasi yang dijadikan bahan untuk
mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi nonverbal,
kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang
dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal
melengkapi penyimpulan dari tanda nonverbal.
Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi yang dalam psikologi
sosial merupak langkah awal dari pembentukan kesan. Atribusi merupakan istilah
umu yang merujuk pada suatu proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang
lain dan memperoleh pengetahuan sifat-sifat, serta disposisi yang menetap pada
orang lain. (Sarwono, 2009)
C.
FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERSEPSI SOSIAL
1.
Faktor Penerima
(the perceiver)
Dalam mengamati orang lain yang menjadi sasaran persepsi dan
mencoba untuk memahaminya, pemahaman merupakan suatu proses kognitif akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat (konsep
diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang
terdapat dalam dirinya. Pengalaman di masa lalu menjadi bagian dasar informasi
yang juga memengaruhi pembentukan persepsi seseorang.
2.
Situasi (the situation)
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dibagi
menjadi tiga,yaitu:
a.
Seleksi, merupakan sikap alamiah seseorang yang akan lebih memusatkan
perhatian pada objek-objek yang dianggap lebih disukai.
b.
Kesamaan, pengklasifikasian orang-orang skema structural yang telah ada
stereotip tertentu.
c.
Organisasi, individu dalam proses persepsi sosia cenderung untuk memahami orang
lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang logis, runtut, dan teratur
(sistematis).
3.
Objek sasaran (the target)
Dalam
proses pembentukan persepsi sosial juga dipengaruhi oleh objek yang diamati,
yakni orang lain. Beberapa cirri yang terdapat dalam objek sangat memungkinkan
untuk dapat memberi pengaruh terhadap persepsi sosial. Ciri-ciri yang dapat
menimbulkan kesan pada diri penerima antara lain, keunikan (novelty),
kekontrasan, ukuran dan intersitas, dan kedekatan (proximity). (Hanurawan, 2012)
D.
TINGKAH LAKU
DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan
orang lain, kita akan mencari segala informasi tentang orang tersebut, bisa
saja kita akan bertanya kepada orang lain tentang apa yang mereka rasakan tapi
cara ini tidak selalu memeberikan hasil yang tepat karena orang bisa saja
mengatakan sesuatu yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang mereka
alami. Apalagi jika kita yang bertanya dengan orang yang baru kita kenal,
orang-orang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaan mereka kepada
orang lain yang baru dikenalnya. Dalam keadaan seperti itu untuk memahami orang
lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh fisik mereka. Kita
mencoba mengenali mereka melalui tingkah laku nonverbal mereka, seperti
perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerakan badan. Tingkah
laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai berbagai tujuan(petterson,
1983) sebagai berikut:
1.
Tingkah laku
nonverbal menyediakan menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara
ajek.
2.
Tingkah laku
nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi.
3.
Tingkah laku
nonverbal dapat digunaakam untuk mengungkapkan keintiman.
4.
Tingkah laku
nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali.
5.
Tingkah laku
nonverbal dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan.
Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal disebut
komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga didefinisikan sebagai cara
orang berkomunikasi tanpa kata-kata baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukan sikap
mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian dan memfasilitasi atau memperbaiki
komunikasi verbal.
Tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Penularan
emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan
berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang lain.
Saluran Komunikasi Nonverbal
Aktifitas-aktifitas nonverbal pada bagian-bagian tubuh itu disebut
saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal
yang dapat menjadi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang.
Dari hasil penelitian menemukan bahwa ada lima saluran komunikasi nonverbal,
yaitu:
1.
Ekspresi wajah
Melalui ekspresi wajah kita dapat mengenali dan mengerti emosi
orang lain. Hasil penelitian tentang hubungan ekspresi wajah dengan emosi
menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oelh ekspresi
wajah, yaitu: marah, takut, laget, bahagia, dan jijik(izzart 1991;Rozin, Lowry
7 Ebert,1994). Perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah
seperti apa yang ditampilkan pada situasi tertentu(Baron, Bryne,&
Branscombe, 2006)
2.
Kontak mata
Orang secara sadar atau tudak sadar sering melakukan aktifitas yang
melibatkan kontak mata. Dalam beberapa konteks pertemuan dua mata membangkitkan
emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata dapat
menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda.
3.
Gerak-gerik atau gerakan badan
Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal
sehingga kita dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain.
4.
Postur
Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut
dengan bahasa tubuh (body language).
Bahasa tubuh dapat menunjukan kepada kita keadaan emosional orang lain.
5.
Sentuhan
Sentuhan bisa menjadi petunjuk bagi afeksi, kepedulian, minat
seksual, dominasi, atau agresi. Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan
melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait dengan:1. Siapa
yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing); 2. Jenis kontak fisik
(lama atau sebentar, lembut atau kasar); 3.konteks yang ada pada saat sentuhan
ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial). Dalam beberapa budaya,
jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami sebagai ekspresi
dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat sentuhan sering kali
menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh(Alagna, Whitcher, &
Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982). Sedangkan pada masyarakat lain,
reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.
Komunikasi Nonverbal Melalui Multi-Saluran
Dengan mencermati beragam tanda dari beragam saluran komunikasi
nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang apa yang dirasakan orang lain. (Sarwono, 2009)
E.
ATRIBUSI:
MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU ORANG LAIN
1.
Teori
Atribusi dari Heider
Heider dikenal sebagai bapak dari teori atribusi
à Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang “terberi” (kesan
dari data indrawi.)
à Atribusi merupakan analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap
sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomen menampilkan gejala-gejala tertentu
à Ada dua sumber atribusi
terhadap tingkah laku:
a)
Atribusi
internal/disposisional
b)
Atribusi
eksternal/lingkungan
2.
Teori
Atribusi dari Kelley
è Atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi orang dengan
situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional
F.
BIAS-BIAS DALAM
PERSEPSI SOSIAL
1.
Efek Halo
Suatu
kesimpulan tentang kesan umum individu terhadap cirri-ciri orang lain pada
suatu peristiwa (first impression) yang secara logis juga berlakau untuk
peristiwa lain. (Hanurawan, 2012)
2.
Bias
Korespondensi
Fenomenayang
ditandai oleh kecenderungan kurang mempertimbangkan faktor penyebab eksternal.(
Jones, 1979)
3.
Kesalahan
Atribusi Fundamental
Kecenderungan
untuk memersepsikan orang lain sebgaimana yang ditampilkannya karena
sifat-sifat yang dimiliki orang tersebut.
4.
In-Group Bias
Kecenderungan
menyukai anggota-anggota kelompok kita sendiri dibandingkan anggota-anggota
kelompok lain (Allen & Wilder, 1975; Billig & Tajfel, 1973; Brewer,
1979; Tajfel, 1970; Wilder, 1981.)
5.
In
Group-out group asymmetry
Kecenderungan
memersepsikan kelompok sendiri dengan cara dan standar yang berbeda dengan cara
memersepsikan orang lain. (Berhubungan dengan tipografis.)
DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan, Fattah, Psikologi Sosial, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset,
2012.
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012.
Disusun oleh Kelompok 1: Esti, Hanny, Dhea, Tata, Eni, Ulfa, Fithra, Nafissa.
No comments:
Post a Comment