Tipologi-tipologi
Berdasar Temperamen
A. Definisi
Tipologi Temperamen
Tipologi
Temperamen memiliki beberapa pendapat dari para ahli, yaitu:
1. Galenus
Temperamen adalah
sifat-sifat kejiwaan yang ditentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan
dalam tubuh.
2. Kretschmer
Temperamen adalah
bagian daripada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi
mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniyah
3. Kohnstamm
Temperamen adalah aku
rohani yang bersangkutan dengan konstitusi jasmani, dan dibawa sejak lahir.
Dari
ketiga rumusan definisi mengenai temperamen, kemudian dapat ditarik kesimpulan
menjadi :
a. Temperamen
adalah aspek kejiwaan daripada kepribadian
b. Temperamen
itu dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah, dan
c. Sebagai
kesimpulan dari kedua hal diatas, temperamen itu dibawa sejak lahir, dan
karenanya sukar diubah oleh pengaruh dari luar.
Tipologi
yang berdasarkan sifat-sifat kejiwaan semata-mata
1. Tipologi
Plato
Plato
membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu :
a. Pikiran
(logos), yang berkedudukan dikepala
b. Kemauan
(thumos), yang berkedudukan di dada, dan
c. Hasrat
(epithumid), yang berkedudukan di perut
Dalam
hubungan dengan ini dia mengemukakan adanya tiga macam kebajikan :
a. Kebijaksanaan
b. Keberanian
c. Penguasaan
diri
Keselarasan
antara ketiga hal itu akan mewujudkan kebenaran atau keadilan (dikaisme).
Atas
dasar dominasi salah satu diantara ketiga bagian jiwa itu maka manusia dapat
digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Orang
yang terutama dikuasai oleh pikir
b. Orang
yang terutama dikuasai oleh kemauan, dan
c. Orang
yang terutama dikuasai oleh hasrat
Dalam
negara idealnya (menurut “Republik”) Plato membagi fungsi rakyat dalam sesuatu
negara atas dasar ketiga golongan diatas, yaitu :
a. Golongan
pemimpin pemerintahan
b. Golongan
tentara
c. Golongan
pekerja tangan.
2. Mazhab
Perancis
Dengan
dirintis oleh Fourier, sederetan ahli-ahli seperti Bourdet (1858), Azam (1887),
Peres (1892), Ribot (1892), Queyrat (1896) Malapert (1902), dan lain-lain telah
menunjukkan hasil karya yang khas Prancis. Mengemukakan beberapa teori, yakni :
a. Tipologi
Queyrat
Queyrat menyusun
tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif,
dan konatif. Berdasarkan atas daya-daya mana yang dominan, maka dapat
dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut :
1. Salah
satu daya atau aspek yang dominan
a. Tipe
meditatif, atau intelektual dimana daya kognitif dominan
b. Tipe
emosional, dimana daya afektif dominan
c. Tipe
aktif, dimana daya konatif dominan.
2. Dua
daya yang dominan
a. Tipe
meditatif-emosional atau sentimental : daya kognitif dan afektif dominan
b. Tipe
aktif-emosional atau orang yang garang : daya konatif dan afektif dominan, dan
c. Tipe
aktif-meditatif atau orang kemauan : daya konatif dan kognitif dominan.
3. Ketiga
daya ada dalam proporsi yang seimbang
a. Tipe
seimbang
b. Tipe
amoroph, dan
c. Tipe
apathis
4. Ketiga
daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur (tak menentu)
a. Tipe
tak stabil
b. Tipe
tak teguh hati
c. Tipe
kontradiktoris
5. Ada
tiga macam tipe yang tidak sehat yaitu
a. Tipe
hypochondris
b. Tipe
melancholis, dan
c. Tipe
histeris
Kesembilan
tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat, tiga berikutnya tipe-tipe orang
yang setengah sakit, sedangkan tiga yang paling akhir adalah tipe-tipe orang
yang menderita sakit.
b. Tipologi
Malapert
Juga Malapert
menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau
aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat diikhtisarkan
sebagai berikut :
1. Tipe
Intelektual, yang terdiri atas :
a. Golongan
analitis, dan
b. Golongan
reflektif
2. Tipe
afektif, yang terdiri atas :
a. Golongan
emosional, dan
b. Golongan
bernafsu
3. Tipe
volunter, yang terdiri atas :
a. Golongan
tanpa-kemauan, dan
b. Golongan
besar-kemauan
4. Tipe
aktif, yang terdiri atas :
a. Golongan
tak-aktif, dan
b. Golongan
aktif.
B. Tipologi
Kant dan neo-kantianisme
1.
Kemudian
Kant mencandra temperamen-temperamen tersebut sebagai berikut :
1. Temperamen
sanguinis (darah ringan)
a. Penuh
harapan, semua hal penting tapi mudah dilupakan (komitmen/tanggungjawab kurang)
b. Senang
menolong orang lain tapi tidak dapat dijadikan sandaran
c. Ramah
dan periang
d. Bukan
penakut, kalau salah sukar tobat
e. Mudah
menyesal tapi cepat lupa
f. Lekas
bosan pada hal-hal serius
g. Suka
main-main
2. Temperamen
Melancholis (darah berat)
a. Selalu
ragu-ragu, terlalu banyak pertimbangan, sering bimbang
b. Memandang
segala sesuatu sulit/pesimis
c. Tidak
mudah berjanji, tapi kalau berjanji pasti ditepati
d. Sulit
percaya oranglain
e. Kurang
dapat melihat kesenangan orang lain.
3. Temperamen
Phlegmatis
a. Lambat
panas tapi kalau panas bertahan lama
b. Tidak
mudah marah
c. Tidak
peka, tidak mudah terprovokasi
d. Cocok
untuk tugas-tugas ilmiah.
4. Temperamen
Choleris (darah panas)
a. Mudah
terbakar, mudah tenang (tidak mendendam)
b. Tindakannya
cepat, selalu berubah
c. Selalu
sibuk (lebih suka memerintah daripada mengerjakan sendiri)
d. Selalu
mengejar kehormatan (riya’)
e. Menyukai
sikap semu dan formal
f. Berpakaian
cermat dan rapi agar nampak cendekia.
2. Tipologi
Neo-Kantianisme
Tokohnya adalah
Enselhans, yang membuat karya berjudul Character Building)
Temperamen
|
Kepekaan kehidupan afektif
|
Bentuk afektif Mobilitas
|
Kekuatan penggerak dp. perasaan
|
Golongan/sifat khas orangnya
|
Melancholis
|
Mendalam
|
Tetap
|
a. Kuat
b. Lemah
|
Orang giat
penuh cita-cita
Orang murung
yang pengelamun
|
Choleris
|
Tidak mendalam
|
Kuat
|
a. Kuat
b. Lemah
|
Orang kemauan
yang garang/hebat
Orang
perasaan, mudah tersinggung
|
Phlegmatis
|
Mendalam
|
Lemah
|
a. Kuat
b. Lemah
|
Orang berdarah
dingin, pemikir yang kritis
Orang yang
bersikap masa bodoh apathis
|
Enselhans
mengemukakan adanya dua aspek watak (Character), yaitu :
1. Aspek
formal, yang mencakup sifat-sifat :
a.
Konsequenz (konsekuen),
yang menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan.
b.
Kekuatan (kekuatan
kemauan)
c.
Keuletan
d.
Kebebasan
Sifat-sifat yang digambarkan diatas itu
juga merupakan kualitas kemauan.
2. Aspek
material, yaitu arah daripada kemauan, atau lebih jelasnya arah tindakan apakah
arah tindakan itu baik ataukah buruk; ukuran bagi watak baik Kategorisch
Imperativenya Kant.
C. Tipologi
J. Bahnsen
Tokohnya
adalah Julius Bahsen (1830-1881). Ia menyebutkan dirinya sebagai orang yang
pertama menggunakan istilah Characterologis.
Bahsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam keadaan
kejiwaan, yaitu :
Temperamen
dan kemauan
a. Temperamen
Temperamen ditentukan
oleh empat faktor, yaitu:
·
Spontanitas (spontaneity)
Sikap atau tindakan
disebut spontan apabila diambil atau dilakukan tanpa adanya paksaan dari luar
(orang lain). Dalam concretonya variasi spontanitas ini boleh dikata tak
terhingga, akan tetapi sevara teori dapat dilakukan dikhotominasi, sehingga ada
dua macam spontanitas, yaitu yang kuat dan yang lemah.
·
Reseptivitas (receptivity)
Reseptivitas yaitu cara
bagaimana orang menerima kesan, apakah cepat ataukah lambat. Disini juga secara
teori terdapat dua macam reseptivitas yaitu yang cepat dan yang lambat.
·
Impresionabilitas (impressionability)
Impresionabilitas yaitu
mendalam atau tidaknya pegaruh sesuatu keadaan terhadap jiwa. Juga kualitas ini
dalam concretonya tidaj berhingga variasinya, akan tetapi secara teori
dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang mendalam dan yang tidak mendalam.
·
Reaktivitas (resctivity)
Reaktivitas adalah lama
atau tidaknya sesuatu kesan mempengaruhi jiwa. Secara teori kualitas ini juga
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang lama dan yang tidak lama.
Dari keempat faktor pokok diketemukan
adanya 16 macam kombinasi, sehingga secara teori juga ada 16 macam variasi
temperamen, yang terdiri atas empat macam temperamen yaitu choleris
(spontanitas kuat dan reseptivitas cepat); sanguinis (impresionabilitas tak
mendalam dan rektivitas tak lama); phlegmatis (resptivitas lambat dan
reaksivitas lama); anamatisch (spontanitas lemat dan impresionabilitas
mendalam).
SPONTANITAS
|
RECEPTIVITAS
|
IMPRESIONABILITAS
|
REAKTIVITAS
|
Kuat (+)
|
Cepat (+)
|
Mendalam (+)
|
Lama (+)
|
Kuat (+)
|
Cepat (+)
|
Mendalam (+)
|
Tak lama (-)
|
Kuat (+)
|
Cepat (+)
|
Tak mendalam (-)
|
Lama (+)
|
Kuat (+)
|
Cepat (+)
|
Tak mendalam (-)
|
Tak lama (-)
|
Kuat (+)
|
Lambat (-)
|
Mendalam (+)
|
Lama (+)
|
Kuat (+)
|
Lambat (-)
|
Mendalam (+)
|
Tak lama (-)
|
Kuat (+)
|
Lambat (-)
|
Tak mendalam (-)
|
Lama (+)
|
Kuat (+)
|
Lambat (-)
|
Tak mendalam (-)
|
Tak lama (-)
|
Lemah (-)
|
Cepat (+)
|
Mendalam (+)
|
Lama (+)
|
Lemah (-)
|
Cepat (+)
|
Mendalam (+)
|
Tak lama (-)
|
Lemah (-)
|
Cepat (+)
|
Tak mendalam (-)
|
Lama (+)
|
Lemah (-)
|
Cepat (+)
|
Tak mendalam (-)
|
Tak lama (-)
|
Lemah (-)
|
Lambat (-)
|
Mendalam (+)
|
Lama (+)
|
Lemah (-)
|
Lambat (-)
|
Mendalam (+)
|
Tak lama (-)
|
Lemah (-)
|
Lambat (-)
|
Tak mendalam (-)
|
Lama (+)
|
Lemah (-)
|
Lambat (-)
|
Tak mendalam (-)
|
Tak lama (-)
|
b. Kemauan
Kemauan oleh Bahnsen
dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku.
1. Posodynie
Yaitu
ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam menderita. Dalam hal
ini ada dua macam yaitu:
·
Posodynie kuat, yang
ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada waktu menderita atau mengaami
kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik.
·
Posodynie lemah, yang
ternyata pada sifat lekas putus asa, lekas berkluh kesah, lekas kehilangan
kepercayaan terhadap akan datangnya hari yang ebih baik.
2. Daya
susila
Yaitu
kecakapan manusi untuk membedakan dan meyakini hal- hal yang baik dan yang
buruk serta untuk mengatu tinggah lakunya sesuai hal tersebut.
Tipologi
Heymans
Heymans, bekas guru besar psikologi
di Groningen, terkenal sampai dinegeri kita. Tipologinya, sebenarnya sudah
jarang diperhatikan orang. Tetapi ia membuktikan bahwa disekelompok mahasiswa
ternyata bahwa kedelapan tipe yang biatnya terdapat pada mereka, maka mulai
lagi tipologinya menarik perhatian, terutama di perancis.
Heymans menyusun teorinya atas tiga
prinsip dasar, yaitu:
·
Emosionalitas, artinyabanyak
sedikitnya seseorang dipengaruhi oleh kehidupan perasaannya
·
Aktivitas, yaitu banyak
sedikitnya seseorang menyatakan isi jiwanya dalam bentuk perbuatan
·
Proses pengiring,
artinya kuat atau tidaknya seseorang menyimpan kesan- kesan didalam jiwanya
Ketiga
fungsi tersebut, dibedakan atas yang kuat, dengan tanda (+) dan yang lemah,
dengan tanda (-). Dengan demikian, heymans menggunakan enam prinsip pokok.
Dalam penyelidikan yang diadakan, maka didapatkantanda tertentu antara lain:
1. Orang
yang mempunyai emosionalitas yang kuat, mempunyai ciri:
ü lekas
memihak
ü fantasinya
kuat
ü tulisan
dan bicaranya aneh
ü kurang
mencintai kebenaran
ü mudah
marah
ü senang
sensasi
2. orang
yang aktivitasnya kuat, mempunyai ciri:
ü suka
bekerja
ü mudah
bertindak
ü berhobby
banyak
ü mudah
mengatasi kesulitan
ü tidak
mudah putus asa
3. orang
yang proses pengiring, mempunyai ciri:
ü betah
dirumah
ü taat
kepada adat
ü setia
dalam persahabatan
ü besar
rasa terima kasihnya
ü sukar
menyesuaikan diri
ü konsekuen
EMOSIONALITAS
|
PROSES PENGIRING
|
AKTIVITAS
|
TIPE
|
+
|
+
|
Aktif
|
Orang hebat
|
+
|
+
|
Tidak aktif
|
Sentimentil
|
+
|
-
|
Aktif
|
Choleris
|
+
|
-
|
Tidak aktif
|
Nerveus
|
-
|
+
|
Aktif
|
Phlegmatis
|
-
|
+
|
Tidak aktif
|
Apathis
|
-
|
-
|
Aktif
|
Sanguinis
|
-
|
-
|
Tidak aktif
|
amorph
|
Untuk lebih memperjelas serta
memudahkan memahami tipe- tipe temperamen menutut ajaran Heymans itu banyak
sekali digunakan gambaran kubus, yang kedelapan sudut- sudutnya merupakan
tempat tipe- tipe yang ekstrim, yang hal ini hanya ada dalam teori.
D. Tipologi
E. Meumann
Ernst
Meumann (1862-1915), seorang sarjana yang ideal pada zamannya. Ia belajar di
Tubingen, Berlin, Halle, Bonn, dalam ilmu-ilmu theologi, fisiologi, kedokteran,
fisika, filsafat, dan psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich,
Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig dan Hamburg.
Bukunya
berjudul Intelligenz und Wille yang
membahas kepribadian. Seperti gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan
Voluntaristis: watak memiliki batasan sebagai disposisi kemauan, secara bagan
dapat digambarkan sebagai berikut :
Oleh karena itu watak (character) adalah disposisi kemauan yang manifest dalam perbuatan,
maka pembahasan tentang watak dapat dikerjakan dengan melalui pembahasan
kemauan. Menurutnya kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu:
a. Aspek
yang mempunyai dasar kejasmanian
Dipandang
dari segi ini Meumann dapat disebut bersifat fisiologis. Sifat-sifat kemauan
itu mempunyai dasar fisiologis dan tergantung kepada sistem saraf. Sehingga
aspek ini mencakup:
1)
Intensitas atau kekuatan kemauan : ada orang yang mempunyai konstitusi saraf
yang kuat dan karenanya mempunyai kekuatan yang besar dan sebaliknya.
2)
Lama atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan : disini mempergunakan
hasil-hasil penyelidikan Mosso, Krapelin, dan Stern, ditunjukkan bahwa
perbedaan dalam hal ini berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf.
3)
Sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang punya
dasar fisiologie, taraf-taraf tersebut adalah :
(a)
Disposisi untuk bertindak secara instinktif atau impulsif, dan lawannya yaitu
bertindak hati-hati dan menjangkau ke depan (melihat lebih jauh).
(b)
Disposisi untuk bersikap menaruh perhatian (attentive).
(c)
Disposisi untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini yang segera menentukan
dan ada yang lama menimbang-nimbang.
(d)
Disposisi untuk bertindak secara kebiasaan atau mekanis.
b.
Aspek afektif, yang menjelma dalam
temperamen
Temperamen
oleh Meumann diberi batasan sebagai bentuk afektif aktifitas yang tergantung
kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional.
Bagaimanakah kita mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu? Meumann
menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan.
Jadi, dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang
perasaan. Sifat-sifat fundamental tersebut adanya pada manusia dalam conretonya tak terhingga banyak
variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat dilakukan
dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua golongan. Adapun sifat-sifat
fundamental perasaan itu adalah sebagai berikut:
1)
Berdasarkan atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh perangsang, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). mudah dan (b). sukar.
2)
Berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). senang
dan (b). tak senang.
3)
Berdasarkan intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (a). kuat / mendalam dan (b). tak kuat / tak mendalam.
4)
Berdasarkan atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau tidaknya ada dalam
kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama dan (b). tak
lama.
5)
Berdasarkan atas pengaruhnya (effect)
setelah pernah tidak lagi disadari, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(a). lama, selalu kemabli kesadaran dan (b). singkat.
6) Berdasar atas genesisnya, dibedakan menjadi
dua macam, yaitu (a). terutama ditimbulkan oleh perangsang dari luar atau dari
dalam dan (b). terutama ditimbulkan oleh isi-isi kesadaran.
7)
Berdasarkan atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (a). rapat/erat, ada penyatuan dan (b). tak rapat.
8)
Berdasarkan atas hubungannya dengan subjek, dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (a). diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll.
dan (b). disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek
semata-mata.
Kemudian berdasarkan atas
bahan-bahan yang dikemukakan itu, telah disusun suatu rangka teori temperamen,
namun dalam hal ini Meumann masih mencari segi-segi fisiologinya. Modus atau
bentuk terlahirnya perasaan itu dapat bermacam-macam; dan tendens-tendens
ekspresif ini mempengaruhi keadaan fisiologis tertentu yaitu :
a)
Susunan saraf pusat
b)
Alat-alat motoris
c)
Fungsi-fungsi vaso-motoris
Telah menjadi pengetahuan umum
bahwa kegembiraan biasanya meningkatkan kegiatan, mendorong ke arah aktif,
sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan atau menurunkan kegiatan,
menyebabkan pasif. Harus diingat pula, orang akan berlain-lainan reaksinya,
misalnya saja orang malu dapat menjadi marah dapat pula menjadi pucat.
c. Aspek
kecerdasan (intelligenz)
Aspek
kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas, sebagai berikut :
1) Yang
berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini dapat dibedakan adanya
tiga kualitas berfikir, yaitu :
-Berfikir produktif
-Berfikir reproduktif
-Berfikir tidak
produktif
2)
Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat dibedakan
adanya: Yang tinggi taraf kebebasannya – bebas dan Yang rendah taraf
kebebasannya – tak bebas.
3)
Yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, dalam hal ini ada dua,
yaitu: Berfikir analitis dan lawannya berfikir sentesis dan Berfikir intuitif
dan lawannya berfikir diskurtif.
E. Tipologi
Heymans
Heymans
berpendapat, bahwa manusia itu sangat berlainan kepribadian, dan tipe-tipe
kepribadian tersebut tidak terhitung banyaknya. Dasar klasifikasinya ialah tiga
macam kualitas kejiwaan, yakni :
1. Emosionalitas
Mudah atau tidaknya
seseorang terpengaruh oleh kesan. Pada dasarnya orang memiliki kecakapan ini,
namun kecakapan emosionalitas seseorang berbeda-beda sesuai tingkatannya, dalam
dikotomisasi terdapat :
a. Golongan
yang emosionalnya tinggi. Yang sifatnya meliputi impulsif, mudah marah, suka
tertawa, perhatian tidak mendalam, tidak suka tenggang-menenggang, tidak
praktis, teta[i di dalam pendapatnya: ingin berkuasa, dapat dipercaya dalam
soal keuangan
b. Golongan
yang tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau rendah.
Orang yang termasuk olongan ini memiliki sifat antara lain, berhati dingin,
zakelijik, berhati-hati dalam menentukan pendapat, praktis, suka
tenggang-menenggang, jujur dalam bats-batas hukum, pandai menahan hawa nafsu
birahi, memberi kebebasan kepada orang lain.
2. Proses
Pengiring
Banyak atau sedikitnya
pengaruh kesan terhadap kesadaran setelah kesan tersebut tidak lagi ada dalam
kesadaran. Ada dua golongan pada proses ini, yaitu :
a. Proses
penngiringnya kuat,
b. Proses
pengiringnya tidak kuat.
3. Aktivitas
Banyak sedikitnya orang
dalam menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan, dan pikiran-pikirannya
dalam tindakan yang spontan. Heymans mengemukakan adanya dua golongan, yaitu :
a. Golongan
aktif
b. Golongan
tidak aktif
Teori G Ewald
G. Ewald mempunyai titik berangkat dan sudut pandangan yang berbeda dari
ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia berangkat dari sudut pandangan
psikiatrik, karya utamanya dalam bidang teori kepribadian dalam Temperamen
und Character (1924). Di dalam tinjauannya yang bersifat psikiatrik itu
Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Sebagaimana
dijelaskan dalam keterangan berikut ini:
a. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi
jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang
pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald
berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus
(tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat
irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada
konstelasi hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu:
1). Intensitas dan tempo hidup
2). Perasaan-perasaan vital yang menyertainya (suasana
perasaan individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang
perbedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat atau lemahnya
biotonus itu, yaitu :
1). Temperamen sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus
kuat
2). Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus
lemah
3). Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang
b. Watak (character)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara
bereaksi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara :
watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh, dengan keterangan
berikut :
1). Watak yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener Character, watak
genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada watak, watak genotipis
ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni watak kualitas
susunan saraf pusat.
2). Watak yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener Character, watak
phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman
dan pendidikan.
Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen dan watak menurut Ewald adalah
bahwa temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi tidak mengalami
perkembangan, karena temperamen tergantung kepada konstelasi hormon-hormon,
sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Adapun watak, walaupun
pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan,
watak sangat tergantung kepada faktor-faktor eksogen.
Dengan demikian telah nyata aspek-aspek atau komponen-komponen apa yang ada
pada manusia, namun dalam menyusun tipologinya Ewald menggunakan
prinsip-prinsip lain, yang pada pokoknya didasarkan kepada "busur
refleks" (menurut psikologi lama), yang menyatakan bahwa tingkah laku
itu tersusun atas tiga stadia yaitu :
a. Penerimaan rangsang
b. Penyimpanan dan pengolahan kesan perangsang
c. Reaksi, yakni penjelmaan perangsang yang telah
disimpan dan diolah dalam tindakan
Masing-masing stadium yang digambarkan di atas, oleh Ewald dapat
digunakan dalam menggolongan tipologi, dengan keterangan sebagai berikut :
1). Stadium I, disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit,
yakni kecakapan menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (yang
diberi lambang Ed). Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu
:
a.
Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau empfinadlichkeit
(yang diberi lambang E)
b. Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahigkeit
(yang diberi lambang Tr)
2). Stadium II, terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Retentionsfahigkeit
yakni retensi,
proses pengiring dari pada apa yang tersebut di atas (stadium I). Jadi
masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang mempengaruhi
tingkah laku selanjutnya. Maka dalam hal ini ada orang yang dapat menyimpan
kesan-kesan dalam waktu yang lama dan ada yang tidak lama.
b. Intrapsychische, yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan.
3). Stadium III, disebut Leitsfahigkeit, yaitu
kecakapan untuk menjalankan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu
dalam perbuatan, jadi masalahnya ialah apakah individu dapat merealisasikan apa
yang telah diolah atau dipertimbangkan itu.
Daftar
Pustaka
Cervone,
Daniel, dan Lawrence A.Pervin., Kepribadian:
Teori dan Penelitian, edisi 10 terj.Aliya dkk., Jakarta:Salemba Humanika,
2011.
Suryabrata,
Sumadi, Teori Kepribadian.,
Jakarta:PT.RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.
Sujanto, Agus, dkk., Psikologi
Kepribadian, Bumi Aksara: Jakarta, 2006.
Disusun oleh: Andy Irfani, Hanny, Agasari Puspita, Nadya, Yunanda Rizqia.
Disusun oleh: Andy Irfani, Hanny, Agasari Puspita, Nadya, Yunanda Rizqia.
No comments:
Post a Comment