playlist

Sunday, 5 November 2017

TEORI KEPRIBADIAN: Tipologi-tipologi berdasar Temperamen




Tipologi-tipologi Berdasar Temperamen
    A.    Definisi Tipologi Temperamen
Tipologi Temperamen memiliki beberapa pendapat dari para ahli, yaitu:
1.      Galenus
Temperamen adalah sifat-sifat kejiwaan yang ditentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan dalam tubuh.
2.      Kretschmer
Temperamen adalah bagian daripada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniyah
3.      Kohnstamm
Temperamen adalah aku rohani yang bersangkutan dengan konstitusi jasmani, dan dibawa sejak lahir.
Dari ketiga rumusan definisi mengenai temperamen, kemudian dapat ditarik kesimpulan menjadi :
   a.       Temperamen adalah aspek kejiwaan daripada kepribadian
   b.      Temperamen itu dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah, dan 
   c.       Sebagai kesimpulan dari kedua hal diatas, temperamen itu dibawa sejak lahir, dan karenanya sukar diubah oleh pengaruh dari luar.
Tipologi yang berdasarkan sifat-sifat kejiwaan semata-mata
1.   Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu :
a.       Pikiran (logos), yang berkedudukan dikepala
b.      Kemauan (thumos), yang berkedudukan di dada, dan
c.       Hasrat (epithumid), yang berkedudukan di perut
Dalam hubungan dengan ini dia mengemukakan adanya tiga macam kebajikan :
a.       Kebijaksanaan
b.      Keberanian
c.       Penguasaan diri
Keselarasan antara ketiga hal itu akan mewujudkan kebenaran atau keadilan (dikaisme).
Atas dasar dominasi salah satu diantara ketiga bagian jiwa itu maka manusia dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a.       Orang yang terutama dikuasai oleh pikir
b.      Orang yang terutama dikuasai oleh kemauan, dan
c.       Orang yang terutama dikuasai oleh hasrat
Dalam negara idealnya (menurut “Republik”) Plato membagi fungsi rakyat dalam sesuatu negara atas dasar ketiga golongan diatas, yaitu :
a.       Golongan pemimpin pemerintahan
b.      Golongan tentara
c.       Golongan pekerja tangan.
    2.      Mazhab Perancis
Dengan dirintis oleh Fourier, sederetan ahli-ahli seperti Bourdet (1858), Azam (1887), Peres (1892), Ribot (1892), Queyrat (1896) Malapert (1902), dan lain-lain telah menunjukkan hasil karya yang khas Prancis. Mengemukakan beberapa teori, yakni :
a.       Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan atas daya-daya mana yang dominan, maka dapat dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut :
1.      Salah satu daya atau aspek yang dominan
a.       Tipe meditatif, atau intelektual dimana daya kognitif dominan
b.      Tipe emosional, dimana daya afektif dominan
c.       Tipe aktif, dimana daya konatif dominan.
2.      Dua daya yang dominan
a.       Tipe meditatif-emosional atau sentimental : daya kognitif dan afektif dominan
b.      Tipe aktif-emosional atau orang yang garang : daya konatif dan afektif dominan, dan
c.       Tipe aktif-meditatif atau orang kemauan : daya konatif dan kognitif dominan.
3.      Ketiga daya ada dalam proporsi yang seimbang
a.       Tipe seimbang
b.      Tipe amoroph, dan
c.       Tipe apathis
4.      Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur (tak menentu)
a.       Tipe tak stabil
b.      Tipe tak teguh hati
c.       Tipe kontradiktoris
5.      Ada tiga macam tipe yang tidak sehat yaitu
a.       Tipe hypochondris
b.      Tipe melancholis, dan
c.       Tipe histeris
Kesembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat, tiga berikutnya tipe-tipe orang yang setengah sakit, sedangkan tiga yang paling akhir adalah tipe-tipe orang yang menderita sakit.  
b.      Tipologi Malapert
Juga Malapert menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.      Tipe Intelektual, yang terdiri atas :
a.       Golongan analitis, dan
b.      Golongan reflektif
2.      Tipe afektif, yang terdiri atas :
a.       Golongan emosional, dan
b.      Golongan bernafsu
3.      Tipe volunter, yang terdiri atas :
a.       Golongan tanpa-kemauan, dan
b.      Golongan besar-kemauan
4.      Tipe aktif, yang terdiri atas :
a.       Golongan tak-aktif, dan
b.      Golongan aktif.
    B.     Tipologi Kant dan neo-kantianisme
1.     




Kemudian Kant mencandra temperamen-temperamen tersebut sebagai berikut :
1.      Temperamen sanguinis (darah ringan)
a.       Penuh harapan, semua hal penting tapi mudah dilupakan (komitmen/tanggungjawab kurang)
b.      Senang menolong orang lain tapi tidak dapat dijadikan sandaran
c.       Ramah dan periang
d.      Bukan penakut, kalau salah sukar tobat
e.       Mudah menyesal tapi cepat lupa
f.       Lekas bosan pada hal-hal serius
g.      Suka main-main
2.      Temperamen Melancholis (darah berat)
a.       Selalu ragu-ragu, terlalu banyak pertimbangan, sering bimbang
b.      Memandang segala sesuatu sulit/pesimis
c.       Tidak mudah berjanji, tapi kalau berjanji pasti ditepati
d.      Sulit percaya oranglain
e.       Kurang dapat melihat kesenangan orang lain.
3.      Temperamen Phlegmatis
a.       Lambat panas tapi kalau panas bertahan lama
b.      Tidak mudah marah
c.       Tidak peka, tidak mudah terprovokasi
d.      Cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
4.      Temperamen Choleris (darah panas)
a.       Mudah terbakar, mudah tenang (tidak mendendam)
b.      Tindakannya cepat, selalu berubah
c.       Selalu sibuk (lebih suka memerintah daripada mengerjakan sendiri)
d.      Selalu mengejar kehormatan (riya’)
e.       Menyukai sikap semu dan formal
f.       Berpakaian cermat dan rapi agar nampak cendekia.
2.      Tipologi Neo-Kantianisme
Tokohnya adalah Enselhans, yang membuat karya berjudul Character Building)



Temperamen
Kepekaan kehidupan afektif
Bentuk afektif Mobilitas
Kekuatan penggerak dp. perasaan
Golongan/sifat khas orangnya
Melancholis
Mendalam
Tetap
a.       Kuat
b.      Lemah
Orang giat penuh cita-cita
Orang murung yang pengelamun
Choleris
Tidak mendalam
Kuat
a.       Kuat
b.      Lemah
Orang kemauan yang garang/hebat
Orang perasaan, mudah tersinggung
Phlegmatis
Mendalam
Lemah
a.       Kuat
b.      Lemah
Orang berdarah dingin, pemikir yang kritis
Orang yang bersikap masa bodoh apathis

Enselhans mengemukakan adanya dua aspek watak (Character), yaitu :
    1.      Aspek formal, yang mencakup sifat-sifat :
a.       Konsequenz (konsekuen), yang menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan.
b.      Kekuatan (kekuatan kemauan)
c.       Keuletan
d.      Kebebasan
Sifat-sifat yang digambarkan diatas itu juga merupakan kualitas kemauan.
   2.      Aspek material, yaitu arah daripada kemauan, atau lebih jelasnya arah tindakan apakah arah tindakan itu baik ataukah buruk; ukuran bagi watak baik Kategorisch Imperativenya Kant.
  C.     Tipologi J. Bahnsen
Tokohnya adalah Julius Bahsen (1830-1881). Ia menyebutkan dirinya sebagai orang yang pertama menggunakan istilah Characterologis. Bahsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam keadaan kejiwaan, yaitu :
Temperamen dan kemauan
a.       Temperamen
Temperamen ditentukan oleh empat faktor, yaitu:
·         Spontanitas (spontaneity)
Sikap atau tindakan disebut spontan apabila diambil atau dilakukan tanpa adanya paksaan dari luar (orang lain). Dalam concretonya  variasi spontanitas ini boleh dikata tak terhingga, akan tetapi sevara teori dapat dilakukan dikhotominasi, sehingga ada dua macam spontanitas, yaitu yang kuat dan yang lemah.
·         Reseptivitas (receptivity)
Reseptivitas yaitu cara bagaimana orang menerima kesan, apakah cepat ataukah lambat. Disini juga secara teori terdapat dua macam reseptivitas yaitu yang cepat dan yang lambat.
·         Impresionabilitas (impressionability)
Impresionabilitas yaitu mendalam atau tidaknya pegaruh sesuatu keadaan terhadap jiwa. Juga kualitas ini dalam concretonya tidaj berhingga variasinya, akan tetapi secara teori dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang mendalam dan yang tidak mendalam.
·         Reaktivitas (resctivity)
Reaktivitas adalah lama atau tidaknya sesuatu kesan mempengaruhi jiwa. Secara teori kualitas ini juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang lama dan yang tidak lama.
            Dari keempat faktor pokok diketemukan adanya 16 macam kombinasi, sehingga secara teori juga ada 16 macam variasi temperamen, yang terdiri atas empat macam temperamen yaitu choleris (spontanitas kuat dan reseptivitas cepat); sanguinis (impresionabilitas tak mendalam dan rektivitas tak lama); phlegmatis (resptivitas lambat dan reaksivitas lama); anamatisch (spontanitas lemat dan impresionabilitas mendalam).
           
SPONTANITAS
RECEPTIVITAS
IMPRESIONABILITAS
REAKTIVITAS
Kuat (+)
Cepat (+)
Mendalam (+)
Lama (+)
Kuat (+)
Cepat (+)
Mendalam (+)
Tak lama (-)
Kuat (+)
Cepat (+)
Tak mendalam (-)
Lama (+)
Kuat (+)
Cepat (+)
Tak mendalam (-)
Tak lama (-)
Kuat (+)
Lambat (-)
Mendalam (+)
Lama (+)
Kuat (+)
Lambat (-)
Mendalam (+)
Tak lama (-)
Kuat (+)
Lambat (-)
Tak mendalam (-)
Lama (+)
Kuat (+)
Lambat (-)
Tak mendalam (-)
Tak lama (-)
Lemah (-)
Cepat (+)
Mendalam (+)
Lama (+)
Lemah (-)
Cepat (+)
Mendalam (+)
Tak lama (-)
Lemah (-)
Cepat (+)
Tak mendalam (-)
Lama (+)
Lemah (-)
Cepat (+)
Tak mendalam (-)
Tak lama (-)
Lemah (-)
Lambat (-)
Mendalam (+)
Lama (+)
Lemah (-)
Lambat (-)
Mendalam (+)
Tak lama (-)
Lemah (-)
Lambat (-)
Tak mendalam (-)
Lama (+)
Lemah (-)
Lambat (-)
Tak mendalam (-)
Tak lama (-)
b.      Kemauan

Kemauan oleh Bahnsen dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku.
   1.      Posodynie
Yaitu ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam menderita. Dalam hal ini ada dua macam yaitu:
·         Posodynie kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada waktu menderita atau mengaami kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik.
·         Posodynie lemah, yang ternyata pada sifat lekas putus asa, lekas berkluh kesah, lekas kehilangan kepercayaan terhadap akan datangnya hari yang ebih baik.
   2.      Daya susila
Yaitu kecakapan manusi untuk membedakan dan meyakini hal- hal yang baik dan yang buruk serta untuk mengatu tinggah lakunya sesuai hal tersebut.



Tipologi Heymans
            Heymans, bekas guru besar psikologi di Groningen, terkenal sampai dinegeri kita. Tipologinya, sebenarnya sudah jarang diperhatikan orang. Tetapi ia membuktikan bahwa disekelompok mahasiswa ternyata bahwa kedelapan tipe yang biatnya terdapat pada mereka, maka mulai lagi tipologinya menarik perhatian, terutama di perancis.
            Heymans menyusun teorinya atas tiga prinsip dasar, yaitu:
·         Emosionalitas, artinyabanyak sedikitnya seseorang dipengaruhi oleh kehidupan perasaannya
·         Aktivitas, yaitu banyak sedikitnya seseorang menyatakan isi jiwanya dalam bentuk perbuatan
·         Proses pengiring, artinya kuat atau tidaknya seseorang menyimpan kesan- kesan didalam jiwanya
Ketiga fungsi tersebut, dibedakan atas yang kuat, dengan tanda (+) dan yang lemah, dengan tanda (-). Dengan demikian, heymans menggunakan enam prinsip pokok. Dalam penyelidikan yang diadakan, maka didapatkantanda tertentu antara lain:
   1.      Orang yang mempunyai emosionalitas yang kuat, mempunyai ciri:
ü  lekas memihak
ü  fantasinya kuat
ü  tulisan dan bicaranya aneh
ü  kurang mencintai kebenaran
ü  mudah marah
ü  senang sensasi
   2.      orang yang aktivitasnya kuat, mempunyai ciri:
ü  suka bekerja
ü  mudah bertindak
ü  berhobby banyak
ü  mudah mengatasi kesulitan
ü  tidak mudah putus asa
   3.      orang yang proses pengiring, mempunyai ciri:
ü  betah dirumah
ü  taat kepada adat
ü  setia dalam persahabatan
ü  besar rasa terima kasihnya
ü  sukar menyesuaikan diri
ü  konsekuen
EMOSIONALITAS
PROSES PENGIRING
AKTIVITAS
TIPE
+
+
Aktif
Orang hebat
+
+
Tidak aktif
Sentimentil
+
-
Aktif
Choleris
+
-
Tidak aktif
Nerveus
-
+
Aktif
Phlegmatis
-
+
Tidak aktif
Apathis
-
-
Aktif
Sanguinis
-
-
Tidak aktif
amorph
           
            Untuk lebih memperjelas serta memudahkan memahami tipe- tipe temperamen menutut ajaran Heymans itu banyak sekali digunakan gambaran kubus, yang kedelapan sudut- sudutnya merupakan tempat tipe- tipe yang ekstrim, yang hal ini hanya ada dalam teori.




     D.    Tipologi E. Meumann
Ernst Meumann (1862-1915), seorang sarjana yang ideal pada zamannya. Ia belajar di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn, dalam ilmu-ilmu theologi, fisiologi, kedokteran, fisika, filsafat, dan psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich, Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig dan Hamburg.
Bukunya berjudul Intelligenz und Wille yang membahas kepribadian. Seperti gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis: watak memiliki batasan sebagai disposisi kemauan, secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :


 Oleh karena itu watak (character) adalah disposisi kemauan yang manifest dalam perbuatan, maka pembahasan tentang watak dapat dikerjakan dengan melalui pembahasan kemauan. Menurutnya kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu:
    a.       Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian
Dipandang dari segi ini Meumann dapat disebut bersifat fisiologis. Sifat-sifat kemauan itu mempunyai dasar fisiologis dan tergantung kepada sistem saraf. Sehingga aspek ini mencakup:
1) Intensitas atau kekuatan kemauan : ada orang yang mempunyai konstitusi saraf yang kuat dan karenanya mempunyai kekuatan yang besar dan sebaliknya.
2) Lama atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan : disini mempergunakan hasil-hasil penyelidikan Mosso, Krapelin, dan Stern, ditunjukkan bahwa perbedaan dalam hal ini berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf.
3) Sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang punya dasar fisiologie, taraf-taraf tersebut adalah :
(a) Disposisi untuk bertindak secara instinktif atau impulsif, dan lawannya yaitu bertindak hati-hati dan menjangkau ke depan (melihat lebih jauh).
(b) Disposisi untuk bersikap menaruh perhatian (attentive).
(c) Disposisi untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini yang segera menentukan dan ada yang lama menimbang-nimbang.
(d) Disposisi untuk bertindak secara kebiasaan atau mekanis.
b.   Aspek afektif, yang menjelma dalam temperamen
Temperamen oleh Meumann diberi batasan sebagai bentuk afektif aktifitas yang tergantung kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional. Bagaimanakah kita mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu? Meumann menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi, dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang perasaan. Sifat-sifat fundamental tersebut adanya pada manusia dalam conretonya tak terhingga banyak variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat dilakukan dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua golongan. Adapun sifat-sifat fundamental perasaan itu adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh perangsang, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). mudah dan (b). sukar.
2) Berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). senang dan (b). tak senang.
3) Berdasarkan intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). kuat / mendalam dan (b). tak kuat / tak mendalam.
4) Berdasarkan atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau tidaknya ada dalam kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama dan (b). tak lama.
5) Berdasarkan atas pengaruhnya (effect) setelah pernah tidak lagi disadari, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama, selalu kemabli kesadaran dan (b). singkat.
6)  Berdasar atas genesisnya, dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). terutama ditimbulkan oleh perangsang dari luar atau dari dalam dan (b). terutama ditimbulkan oleh isi-isi kesadaran.
7) Berdasarkan atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). rapat/erat, ada penyatuan dan (b). tak rapat.
8) Berdasarkan atas hubungannya dengan subjek, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll. dan (b). disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek semata-mata.
Kemudian berdasarkan atas bahan-bahan yang dikemukakan itu, telah disusun suatu rangka teori temperamen, namun dalam hal ini Meumann masih mencari segi-segi fisiologinya. Modus atau bentuk terlahirnya perasaan itu dapat bermacam-macam; dan tendens-tendens ekspresif ini mempengaruhi keadaan fisiologis tertentu yaitu :
a) Susunan saraf pusat
b) Alat-alat motoris
c) Fungsi-fungsi vaso-motoris
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa kegembiraan biasanya meningkatkan kegiatan, mendorong ke arah aktif, sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan atau menurunkan kegiatan, menyebabkan pasif. Harus diingat pula, orang akan berlain-lainan reaksinya, misalnya saja orang malu dapat menjadi marah dapat pula menjadi pucat.
c.       Aspek kecerdasan (intelligenz)
Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas, sebagai berikut :
1)      Yang berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini dapat dibedakan adanya tiga kualitas berfikir, yaitu :
-Berfikir produktif
-Berfikir reproduktif
-Berfikir tidak produktif
2) Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat dibedakan adanya: Yang tinggi taraf kebebasannya – bebas dan Yang rendah taraf kebebasannya – tak bebas.
3) Yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, dalam hal ini ada dua, yaitu: Berfikir analitis dan lawannya berfikir sentesis dan Berfikir intuitif dan lawannya berfikir diskurtif.

    E.     Tipologi Heymans
Heymans berpendapat, bahwa manusia itu sangat berlainan kepribadian, dan tipe-tipe kepribadian tersebut tidak terhitung banyaknya. Dasar klasifikasinya ialah tiga macam kualitas kejiwaan, yakni :
1.      Emosionalitas
Mudah atau tidaknya seseorang terpengaruh oleh kesan. Pada dasarnya orang memiliki kecakapan ini, namun kecakapan emosionalitas seseorang berbeda-beda sesuai tingkatannya, dalam dikotomisasi terdapat :
a.       Golongan yang emosionalnya tinggi. Yang sifatnya meliputi impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian tidak mendalam, tidak suka tenggang-menenggang, tidak praktis, teta[i di dalam pendapatnya: ingin berkuasa, dapat dipercaya dalam soal keuangan
b.      Golongan yang tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau rendah. Orang yang termasuk olongan ini memiliki sifat antara lain, berhati dingin, zakelijik, berhati-hati dalam menentukan pendapat, praktis, suka tenggang-menenggang, jujur dalam bats-batas hukum, pandai menahan hawa nafsu birahi, memberi kebebasan kepada orang lain.
2.      Proses Pengiring
Banyak atau sedikitnya pengaruh kesan terhadap kesadaran setelah kesan tersebut tidak lagi ada dalam kesadaran. Ada dua golongan pada proses ini, yaitu :
a.       Proses penngiringnya kuat,
b.      Proses pengiringnya tidak kuat.
3.      Aktivitas
Banyak sedikitnya orang dalam menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan, dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Heymans mengemukakan adanya dua golongan, yaitu :
a.       Golongan aktif
b.      Golongan tidak aktif
Teori G Ewald
G. Ewald mempunyai titik berangkat dan sudut pandangan yang berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia berangkat dari sudut pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam bidang teori kepribadian dalam Temperamen und Character (1924). Di dalam tinjauannya yang bersifat psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut ini:
a.    Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada konstelasi hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu:
1).    Intensitas dan tempo hidup
2).    Perasaan-perasaan vital yang menyertainya (suasana perasaan individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang perbedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu :
1).    Temperamen sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus kuat
2).    Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah
3).    Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang

b.   Watak (character)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara : watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh, dengan keterangan berikut :
1).    Watak yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener Character, watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni watak kualitas susunan saraf pusat.
2).    Watak yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener Character, watak phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman dan pendidikan.
Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen dan watak menurut Ewald adalah bahwa temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung kepada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Adapun watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-faktor eksogen.
Dengan demikian telah nyata aspek-aspek atau komponen-komponen apa yang ada pada manusia, namun dalam menyusun tipologinya Ewald menggunakan prinsip-prinsip lain, yang pada pokoknya didasarkan kepada "busur refleks" (menurut psikologi lama), yang menyatakan bahwa tingkah laku itu tersusun atas tiga stadia yaitu :
a.       Penerimaan rangsang
b.      Penyimpanan dan pengolahan kesan perangsang
c.       Reaksi, yakni penjelmaan perangsang yang telah disimpan dan diolah dalam tindakan 
 Masing-masing stadium yang digambarkan di atas, oleh Ewald dapat digunakan dalam menggolongan tipologi, dengan keterangan sebagai berikut :
1).    Stadium I, disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni kecakapan menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (yang diberi lambang Ed). Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu :
a.       Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau empfinadlichkeit   (yang diberi lambang E)
b.     Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahigkeit (yang diberi lambang Tr)
2).    Stadium II, terdiri dari dua macam, yaitu :
a.       Retentionsfahigkeit
yakni retensi, proses pengiring dari pada apa yang tersebut di atas (stadium I). Jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. Maka dalam hal ini ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama dan ada yang tidak lama.
b.      Intrapsychische, yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan.

3).    Stadium III, disebut Leitsfahigkeit, yaitu kecakapan untuk menjalankan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu dalam perbuatan, jadi masalahnya ialah apakah individu dapat merealisasikan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu.



Daftar Pustaka

       Cervone, Daniel, dan Lawrence A.Pervin., Kepribadian: Teori dan Penelitian, edisi 10 terj.Aliya dkk., Jakarta:Salemba Humanika, 2011.
       Suryabrata, Sumadi, Teori Kepribadian., Jakarta:PT.RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.
       Sujanto, Agus, dkk., Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara: Jakarta, 2006.




Disusun oleh: Andy Irfani, Hanny, Agasari Puspita, Nadya, Yunanda Rizqia.

No comments:

Post a Comment