Tipologi
Berdasar Nilai Kebudayaan
A.
Pengertian
Tipologi
berdasar nilai kebudayaan ini memiliki dua pendapat, yaitu :
1.
Tipologi berdasar Nilai
Kebudayaan menurut Riesman
Periode kebudayaan yang lama saling
menyusul satu sama lain dimana pada pokoknya terdapat orang-orang yang selalu
termaksud satu di antara ketiganya. Adapun tiga pendapat berkaitan menurut
Rieman sebagaimana di bawah ini :
1.
Orang yang pribadinya
ditentukan oleh tradisi
2.
Orang yang dipimpin
rohani
3.
Orang yang mendasarkan
diri pada norma yang ditentukan orang lain.
2.
Tipologi Berdasar Nilai
Kebudayaan menurut Spranger
B.
Pokok-pokok Teori
Spranger
1. Dua Macam Roh (Geist)
Spranger membedakan adanya dua macam roh
(Geist) yaitu:
a. Roh subjektif atau roh individual
(subjektive geist, individualis geist) yaitu roh yang terdapat pada
manusia masing-masing (individual). Roh ini merupakan struktur yang bertujuan.
-Roh
individual itu merupakan struktur, karena roh individual itu harus dapat
dipahami kalau dapat ditinjau sebagai anggota dari pada struktur yang lebih
tinggi, yaitu kebudayaan.
-Roh
individual itu bertujuan, yaitu mencapai atau menjelmakan nilai tertentu, dan
karenaitu juga hanya dapat dipahami dengan jalan memahami sistem nilai-nilai
tertentu.struktur nilai yang lebih tinggi adalah roh subjektif.
b. Roh objektif atau roh supra-individual,
atau kebudayaan (objective Geist, Ubar individualle Geist, kultur) yaitu roh
seluruh umat manusia, yang dalam concreto-nya merupakan kebudayaan yang telah
terjelma dalam berkembang selama berabad-abad bersama-sama manusia-manusia
individual.
2. Hubungan
antara Roh Subjektif dan Roh Objektif
Roh subjektif dan roh objektif sangat
berhubungan secara timbal balik. Roh subjektif atau roh individual, yang mengandung
nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk
dengan acuan roh objektif. Individu tidak dapat mengelak atau melepaskan
diri dari pengaruh roh objektif, dalam roh objektif juga tidak dapat dipisahkan
dari roh subjektif atau roh individual. Sebab individu-individualah yang dari
abad keabad menciptakan nilai budaya itu. Nilai-nilai budaya akan lenyap jika
sekiranya manusia-manusia sebagai individu tidak mendukungnya serta
menghayatinya, karena itu bagaimanapun juga dalam saling hubungan antara
roh subjektif dan roh objektif tetap primer dan, dan roh objektif tetap
sekunder. Manusia menerima kebudayaan yang telah ada dan mengembangkan
kebudayaan itu dengan penciptaan-penciptaan baru. Jadi manusia sebagai
pendukung roh subjektif dalam hubunganya dengan kebudayaan tempat dia
ada.
3 . Lapangan-lapangan
Hidup
Kebudayaan (Kultur)
oleh Spranger dipandang sebagai system nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain
adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang
tersusun atau diatur menurut struktur tertentu. Kebudayaan sebagai sistem atau struktur
nilai-nilai ini oleh Spranger digolong-golongkan
menjadi enam lapangan nilai (Wertegebieten). Keenam lapangan ini atau lapangan
kehidupan itu masih dikelompok-kelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Lapangan-lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi empat
lapangan nilai, yaitu:
1. lapangan pengetahuan (ilmu, teori),
2. lapangan ekonomi,
3. Lapangan kesenian,
4. Lapangan keagamaan
b. Nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota
masyarakat. Lapangan nilai ini mengangkut manusia dengan kekuatan cinta (macht
der leabe) dan cinta akan kekuasaan (liabe zur macht). Kelompok ini mencakup
dua nilai yaitu:
1. Lapngan kemasyarakatan
2. Lapngan politik.
Jadi menurut Spranger dalam kebudayaan itu terdapat
adanya enam macam lapangan nilai atau yang disebutbentuk kehidupan
(Labensformen).
C. Tipologi Spranger
a. Enam Tipe
manusia
Roh subjektif pada masing masing
individu terbentuk dan berkembang oleh pengaruh pengaruh dasar, pendidikan dan
lingkungan dengan berpedoman pada roh objektif sebagai cita cita yang harus
dicapai. Walaupun roh subjektif mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi
sering kali hanya ada salah satu nilai saja yang dominan. Nilai yang dominan
inilah yang akhirnya memberi corak pada kepribadiannya.
Spranger kemudian menggolongkan manusia
menjadi enam golongan atau enam tipe. Tipe tipe manusia menurut Spranger itu
secara singkat sebagai berikut:
No
|
Nilai kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah laku dasar
|
1
|
Ilmu pengetahuan
|
Manusia Teori
|
Berpikir
|
2
|
Ekonomi
|
Manusia ekonomi
|
Bekerja
|
3
|
Kesenian
|
Manusia estetis
|
Menikmati keindahan
|
4
|
Keagamaan
|
Manusia Agama
|
Memuja/beribadah
|
5
|
Kemasyarakatan
|
Manusia Sosial
|
Berbakti/Berkorban
|
6
|
Politik/Kenegeraan
|
Manusia Kuasa
|
Ingin berkuasa memerintah
|
b. Pencandraan tipe-tipe
Setiap individu corak hidupnya
ditentukan oleh nilai kebudayaan yang paling dominan, yaitu kebudayaan yang
dipandang sebagai nilai tertinggi atau yang paling bernilai.
1) Manusia teori
Tipe manusia ini
merupakan intelektual sejati, manusia ilmu, dan tujuan perbuatannya ingin
mencapai kebenaran dan hakekat dari benda-benda. Manusia tipe ini menempatkan
peranan dominan dari kognisi/berpikir sebagai dasar dalam melakukan
aktivitasnya. Manusia
teori adalah manusia yang mendasarkan tindakannya atas dasar nilai–nilai
teoritis atau ilmu pengetahuan. Banyak motif hanya semata–mata untuk ilmu
pengetahuan tersebut tanpa mempersoalkan faedah atau hasilnya. Bagi orang –
orang tipe teori berlaku semboyan : La science pour la science.
Tujuan yang dikejar hanya ilmu
pengetahuan yang bersifat objektif, sedangkan segi lain seperti keindahan dan
moral diabaikan. Contoh dalam kehidupan sehari – hari misalnya jika ada seorang
ayah yang termasuk tipe manusia teori maka dia akan menganggap bercanda dengan
anak – anaknya adalah suatu perbuatan yang membuang waktu dan menghambat
studinya.
Beberapa ciri manusia
berdasrkan tipe ini pendiriannya yang relative objektif terhadap segala
sesuatu, gandrung mempelajari ilmu pengetahuan, logis, dan selalu mencari
kebenaran, memiliki pengertian yang jelas, serta membenci sebagai bentuk
kekaburan, kurang memperhatiakn segi estetik, kurang menghargai materi sebagai
kenyataan. Perhatian terhadap kehidupan sosial tidak besar, kurang memiliki
dorongan untk berkuasa. Orang dengan tipe ini tidak mudah memancing kecemburuan
sosial karena tidak mementingkan materi dalam hidup. Apabila orang dengan tipe
ini menjadi ahli dalam ilmu sosial, maka padangannya lebih objektif dan tidak
memihak meskipun terhadap golongan sendiri.
2) Manusia ekonomi
Manusia ekonomi adalah manusia yang
aktifitasnya atas dasar nilai – nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi.
Mereka selalu kaya akan gagasan – gagasan yang praktis dan kurang memperhatikan
bentuk tindakan yang dilakukannya karena perhatian utamanya tertuju pada hasil
dari tindakan tersebut. Sikap jiwanya yang praktis itu memungkinkan dia dapat
mencapai banyak hal dalam hidupnya.
Ciri – ciri manusia ekonomi :
1. Melihat segala sesuatu dari
manfaatnya
2. Senang bekerja.
3. Senang mengumpulkan harta.
4. Agak kikir.
5. Bangga dengan hartanya
6. Bersikap egosentris, lebih
mementingkan kepentingan diri sendiri
7. Mengejar kekayaan untuk mencapai tujuannya
3) Manusia
estetik
Manusia
tipe ini menghayati kehidupan seakan-akan tidak sebagai pemain tetapi sebagai
penonton. Orang dengan tipe ini menghayati dengan dua cara yaitu impresiomatik yang
pasif danekspresiomatik yang aktif mewarnai kesan yang diterima
dengan subjek aktivitasnya.
Manusia
tipe ini mempunyai kecenderungan indvidualisme. Manusia tipe ini kurang bisa
menghadapi tuntutan praktis dalam kehidupannya dan lebih mementingkan
keindahan.
4) Manusia
agama
Nilai
yang paling tinggi pada manusia tipe ini adalah pencarian terhadap nilai
tertinggi daripada kebendaan hidup didunia. Pandangan mereka bahwa dirinya
hanyalah bagian kecil dari suatu totalitas yang lebih besar.
Pencarian
keselarahan bagi kehidupan rohaniah antara pengalaman batin dengan arti hidup
dan mencari kausa prima adalah dasar perilakunya.
5)
Manusia Sosial
Hal
yang menonjol pada manusia tipe ini adalah besarnya kebutuhan akan resonansi
dari sesama manusia untuk hidup bersama dengan orang lain dan mengabdikan diri
untuk kepentingan bersama.
Cinta
terhadap sesame baik secara individu maupun secara sosial, inilah nilai tertinggi
yang mendasari pandangannya.
6) Manusia Kuasa
Dorongan
yang ada pada orang dalam tipe ini adalah mengejar kekuasaan dan berkuasa atas
manusia lainnya. Orang lain bagi manusia tipe ini hanyalah sebagai objek
kekuasaan.
Perwujudan
dari sikap politik ini bisa berupa keinginan untuk lepas dari kekuasaan orang
lain, bebas dari paksaan dan tuntutan otoritas. Seringkali bisa terjadi manipulasi
keadaan demi suatu tujuan politik yang terselubung. Hal ini sering menyulitkan
untuk membedakan suatu tingkah laku apakah didasari oleh nilai sosial atau
nilai politik.
c. Diferensiasi
Tipe-tipe
Keenam
tipe diatas adakah tipe – tipe pokok (Grundtypen). Spranger tidak hanya
berhenti dengan mengemukakan tipe – tipe pokok saja, tetapi dia masih
mengemukakan diferensiasi tipe – tipe dan kombinasi tipe – tipe tersebut.
a.) Diferensiasi tipe – tipe
Pada setiap tipe masih dapat dikemukakan
adanya variasi lain, yaitu berdasarkan komponen yang paling menentukan dalam
tipe tersebut. Misalnya pada manusia teori masih dapat dibedakan menjadi tiga
variasi, yaitu :
(a) Manusia
teori empiris
(b) Manusia teori
sebagai rasionalis
(c) Manusia
teori sebagai kritisis
b.) Kombinasi
tipe – tipe
Keenam
tipe yang telah disebutkan di atas adanya hanya di dalam teori dan tidak akan
kita jumpai dalam kehidupan nyata. Karena dalam kehidupan nyata, yang
biasa kita jumpai justru kombinasi dari tipe – tipe tersebut. Misalnya manusia
yang memiliki kombinasi tipe teori dan tipe keagamaan atau manusia yang
memiliki kombinasi tipe teori dan tipe ekonomi. Tetapi ada juga yang memiliki
kombinasi lebih dari dua tipe.
D. Arti Teori Spranger
1. Teori Spranger walaupun memiliki
banyak kelemahan, tetapi pada kenyataannya memiliki pengaruh yang besar.
Banyak ahli yang mengambil konsep Spranger sebgai bahan penyusun konsepsinya.
Pengaruh itu tidak hanya dalam lapangan psikologi kepribadian saja, tetapi juga
meluas ke lapangan psikologi lain, spertu lapangan psikologi pendidikan dan
lapangan psikologi pemuda.
2. Kelemahan
– kelemahan dari teori Spranger
a.
Tipologi Spranger disusun secara dedukatif. Hasil pemikiran dedukatif itu baik
sekali, tetapi sebaiknya deduksi tersebut diverifikasi secara induktif dengan
data empiris. Hal tersebut yang tidak dilakukan oleh Spranger.
b. Deduksi Spranger mengenai Lebensformed itu
didasarkan pada kegiatan rohani (Geistakt), akan tetapi hasil konsepsinya Lebensformed
ternyata bertinjauan statis. Dengan demikian Lebensformed itu sulit digunakan
dalam kehidupan praktis, yang mempunyai dasar statis.
Cervone, Daniel, dan Lawrence A.Pervin., Kepribadian: Teori dan Penelitian, edisi 10 terj.Aliya dkk., Jakarta:Salemba Humanika, 2011.
Suryabrata, Sumadi, Teori Kepribadian., Jakarta:PT.RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.
Sujanto, Agus, dkk., Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara: Jakarta, 2006.
Disusun oleh: Ropek, Hanny, Tata, Nadya, Yunan.
No comments:
Post a Comment