playlist

Saturday, 17 June 2017

KESADARAN : OBAT-OBATAN YANG MEMPENGARUHI KESADARAN DAN HIPNOSIS




PENDAHULUAN
                Pawlik (1998) menganalogikan diterimanya kesadaran sebagai konstruk psikologi yang sah seperti peristiwa renaissance. Hal ini disebabkan riset mengenai hakekat, struktur dasar serta proses kesadaran pada saat ini telah menjadi satu topic hangat bagi psikologi teoretis dan eksperimen, neuropsikologi klinis dan eksperimen, neurosains, ilmu-ilmu kognitif serta filsafat (Pawlik 1998). Pickering (1999) menyatakan lebih tepat kalau kesadaran bukannya telah pulang kembali ke psikologi melainkan psikologi telah mendapatkan kembali kesadaran, sebab mengakui kesadaran qua pengalaman sebagai bidang kajian penelitian psikologi berarti menemukan kembali apa yang dipandang oleh Wilhelm Wundt dan William James sebagai fenomena pokok psikologi.
            Kesadaran memang telah menjadi satu konsep yang sering digunakan psikologi, namun kesadaran merupakan konsep yang membingungkan dalam ilmu pengetahuan mengenai pikiran (Chalmers, 1995). Salah satu penyebabnya adalah karena pengertian kesadaran sangat bervariasi sehingga tidak ada satu pengertian umum yang dapat diterima semua pihak (Bielecky,2001). Zeman (2001) menguraikan bahwa kata consciousness berasal dari bahasa Latin conscio yang dibentuk dari kata cum yang berarti with (dengan) dan scio yang berarti know (tahu). Kata menyadari sesuatu (to be conscious of something) dalam bahasa Latin pengertian aslinya adalah membagi pengetahuan tentang sesuatu itu dengan orang lain atau diri sendiri. Kata conscious (sadar) dan consciousness (kesadaran) pertama kali muncul dalam bahasa Inggris awal abad 17 (Lewis, 1960 seperti dikutip Zeman, 2001). Kesadaran digambarkan sebagai keadaan mental yang berisi dengan halhal proposisional, seperti misalnya keyakinan, harapan, kekhawatiran, dan keinginan.
            Chalmers (1995) menggolongkan permasalahan kesadaran menjadi dua, yaitu permasalahan mudah (easy problems) dan permasalahan sukar (hard problem). Permasalahan mudah kesadaran berkaitan dengan masalah yang secara langsung dapat dipecahkan oleh metode baku ilmu pengetahuan kognitif. Permasalahan kesadaran yang tergolong mudah itu antara lain adalah (a) bagaimana seseorang melakukan pembedaan stimulus sensoris dan bereaksi secara tepat terhadap stimulus tersebut, (b) bagaimana otak memadukan informasi yang berasal dari berbagai sumber berbeda dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk mengendalikan perilaku, (c) bagaimana seseorang mampu melaporkan kondisi internalnya sendiri, (d) bagaimana kemampuan satu sistem untuk mengakses kondisi internalnya sendiri, (e) bagaimana soal pemusatan perhatian, (g) bagaimana membedakan antara kondisi bangun dengan tidur. Gejalagejala kesadaran semacam itu dapat dijelaskan oleh mekanisme komputasional dan neural. Meskipun gejala kesadaran diatas bukan masalah sepele, kemajuan psikologi kognitif dan neurosains diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut (Chalmers, 1995).
            Hipnosis menurut psikoanalisis adalah keadaan regresi sebagian diamana subjek kekurangan kendali dalam kesadaran yang nyata dan karenanya bertindak secara impulsive dan terlibat dalam perbuatan fantasi (Gill,1972). Menurut Kirsch dan Lynn (1995), hipnosis adalah sebuah prosedur dimana seorang praktisi mengsugestikan perubahan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau perlaku dari subjek.
Sejak dulu, obat- obatan telah digunakan untuk mendapatkan efek psikologisnya. Seperti mengubah kognisi dan emosi dengan mempengarui neurotransmitter dalam otak. Obat- obatan memiliki efek psikologi disebut sebagai psikoaktif. Psikoaktif memiliki beberapa kegunaan diantaranya stimulan sebagai obat- obatan peningkat, depresan sebagai obat- obatan penurun, narkotika untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan, dan Halusinogen sebagai obat Psychedelic.
HIPNOSIS

Kata "hipnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di inggris yang hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa Jame Braid, hipnosis dikenal dengan nama Mesmerism/Magnetism. Hypnos atau dewa tidur Yunani, namun studi fisiologi otak mengungkapkan bahwa hipnosis pasti tidak tidur.
Hipnosis adalah keadaan sugestibilitas tinggi yang pada beberapa orang dapat mengalami duduk membayangkan seolah-olah mereka nyata. Hipnosis menarik karena banyak terapis menggunakannya dalam memperlakukan gangguan mental. Di Amerika Serikat, sekitar 25 persen Ph.D. program psikologi menawarkan kursus atau pelatihan dalam hipnosis (Walling et al., 1998). Dasar para ilmuwan, mengeksplorasi apakah hipnosis adalah keadaan yang unik dari gangguan kesadaran, dan menempatkannya dalam klaim tes yang ketat.
Hypnotic induction adalah proses dimana satu orang (seorang peneliti atau hipnotis) menuntun orang (subjek) dalam hipnosis. (Erik Woody & Pamela Sadler, 2016): Hipnosis biasanya melibatkan pengenalan prosedur dimana subjek diberitahu bahwa sugesti untuk pengalaman imajinatif akan disajikan. Induksi hipnosis adalah sugesti awal untuk menggunakan imajinasi seseorang, dan mungkin berisi elaborasi lebih lanjut dari pendahuluan. Induksi dapat memberikan isyarat penting tentang mode diharapkan memberlakukan sugesti dan sifat yang diharapkan dari perubahan interpersonal dalam hipnosis. Selain itu, induksi dapat memberikan meta-sugesti yang dapat meningkatkan respon setelah sugesti hipnotis dan juga dapat memberikan transisi yang jelas untuk membantu memungkinkan mode perilaku baru dan pengalaman baru muncul di hipnosis.
Hipnosis adalah salah satu pendekatan kesehatan komplementer dan diakui dalam pengobatan sebagai terapi yang efektif (Afife, 2014). Terapi hipnosis telah digunakan dalam dunia medis dan masalah psikiatrik. seperti gangguan kecemasan, depresi, terluka, stress and gangguan stress karena trauma (Mauro, 2014). Hipnosis merupakan keadaan mengubah kesadaran atau keadaan fokus untuk menginduksi stimulus verbal dari terapis (hetero-hipnosis) ataupun dari diri sendiri (self-hipnosis). Teknik hipnotis terbukti berguna bagi berbagai penyakit seperti luka bakar, kanker, masalah otot, dan lain sebagainya (Sheila, 2014). Hipnosis merupakan sugesti untuk perubahan dalam persepsi, sensasi, emosi, dan berpikir (Holger, 2015).

TEORI HIPNOSIS
Teori sosial-kognitif
Untuk teoretikus lain, hipnosis tidak mewakili keadaan khusus disosiasi kesadaran. Sebagai gantinya, teori-teori sosial-kognitif mengusulkan bahwa pengalaman hipnotis hasil dari harapan orang-orang yang termotivasi untuk mengambil peran yang dihipnotis (Kirsch, 2001; Spanos, 1991). Kebanyakan orang percaya bahwa hipnosis melibatkan perpindahan kesadaran dan respon terhadap sugesti. Orang termotivasi untuk menyesuaikan diri dengan peran ini mengembangkan kesiapan untuk menanggapi sugesti hipnotis dan untuk memandang pengalaman hipnosis sebagai nyata dan sukarela.

Teori Disosiasi/Keadaan Kesadaran Yang Berbeda
            Perubahan dalam aktivitas elektris dalam otak diasosiasikan dengan hipnotis, mendukung pernyataan yang menyatakan bahwa hipnosis adalah keadaan kesadaran yang berbeda dari terjaga saat normal (Fingelkurts, Fingelkurts & Kalio, 2007; Hilgar, 1992; Kallio & Revonsou, 2003). Hipnosis melambangkan kesadaran yang terbagi. Menurut peneliti Hipnosis yang terkenal Ernest Hilgard, hipnosis menyebabkan disosiasi atau pembagian kesadaran ke dalam dua komponen yang simultan. Dalam satu aliran kesadaran, orang yang terhipnotis akan mengikuti perintah dari ahli hipnotis. Akan tetapi, dalam tingkat yang berlainan pada kesadaran, mereka berperilaku sebagai “observer yang tersembunyi”, mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri mereka. Hipnosis telah diaplikasikan pada sejumlah area, termasuk di antaranya:



  1. Hypnotherapy / Clinical Hipnosis
Hypnotherapy atau Clinical Hipnosis adalah aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan gangguan mental dan meringankan gangguan fisik. HIPNOSIS, tidak seperti cara pengobatan lain yang mengobati gejala (simptom) atau akibat yang muncul. Hynosis berurusan langsung dengan penyebab suatu masalah. Dengan menghilangkan penyebabnya maka secara otomatis akibat yang ditimbulkan akan lenyap atau tersembuhkan. Kita ambil contoh kasus Psikosomatis. Jika seseorang menderita psikosomatis misalnya nyeri punggung yang tak kunjung sembuh, dia bisa saja menggunakan obat penahan rasa sakit untuk menghilangkan rasa sakit di punggungnya. Namun hilangnya rasa sakit itu hanya sementara, setelah pengaruh obatnya hilang dia akan merasa sakit lagi dan meminum obat lagi. Ini sama sekali bukan penyembuhan. Orang tidak akan benar-benar sembuh dengan cara itu. Obat hanya akan melemahkan kita karena hidup kita menjadi tergantung dengan obat itu. Dengan hipnosis, psikosomatis bisa sembuh permanen dalam waktu sangat singkat.
  1. Medical and dental hipnosis
Yaitu penggunaan hipnosis untuk dunia medis, terutama oleh dokter ahli bedah dan dokter gigi dalam menciptakan efek anesthesia tanpa menggunakan obat bius. Teknik hipnosis yang digunakan untuk anestesi sudah digunakan oleh John Elliotson (1791 -1868). Elliotson adalah dokter yang pertama kali menggunakan mesmerisme (nama kuno dari hypnotism) untuk melakukan pembedahan tanpa rasa sakit. Catatan: pada masa itu belum ditemukan obat bius yang disuntikkan ataupun dihirup.
  1. Comedy hipnosis
Comedy hipnosis adalah hipnosis yang digunakan untuk hiburan semata. Comedy Hipnosis juga sering disebut sebagai Stage Hipnosis. Dinamakan stage hipnosis atau hipnosis panggung karena pada awalnya hipnosis untuk hiburan hanya diperankan di atas panggung. Namun Comedy Hipnosis sekarang tidak terbatas dalam panggung. Di jalan, taman, mall, kampus atau dimana saja Anda bisa mempraktekkan Comedy Hipnosis.Untuk mempelajari Comedy hipnosis sangat mudah. Anda hanya butuh waktu beberapa jam saja, dan sudah siap untuk terjun ke lapangan. Jika Anda pernah melihat acara stage hipnosis, mungkin Anda menjadi takut dengan hipnosis karena sepertinya seorang hipnotist bisa seenaknya mengendalikan subjek (orang yang dihipnotis).Sebenarnya tidak ada orang lain yang bisa mengendalikan Anda, kecuali Anda mengizinkan untuk dikendalikan.
  1. Forensic Hipnosis
Dalam penyelidikan kepolisian, hipnosis bisa digunakan untuk menggali informasi dari saksi. Suatu kejadian traumatis seperti dalam kasus kejahatan yang menakutkan cenderung membuat pikiran bawah sadar menyembunyikan ingatan yang lengkap tentang kejadian tersebut agar tidak bisa diingat oleh pikiran sadar. Tujuan pikiran sadar menyembunyikan informasi itu sesungguhnya untuk kebaikan diri sendiri, karena apabila kejadian itu bisa diingat dalam kondisi sadar, maka rasa ketakutan akan sering muncul tanpa sebab. Dengan bantuan hipnosis, korban atau saksi bisa mengingat kembali dengan sangat jelas. Hipnosis tidak bisa digunakan untuk mendapatkan pengakuan yang jujur dari pelaku kriminal. Pertama karena pelaku kejahatan pasti akan menolak untuk dihipnotis, dan kedua dalam kondisi hipnosis, seseorang tetap bisa berbohong. Hipnosis berperan mengungkap kejahatan jika diterapkan kepada saksi atau korban. Dengan teknik regresi atau hypernesia, saksi atau korban kejahatan bisa menceritakan dengan sangat rinci tentang peristiwa yang pernah dialaminya.
  1. Metaphysical Hipnosis
Metaphysical hipnosis adalah aplikasi hipnosis dalam meneliti berbagai fenomena metafisik seperti Out of Body Travel, ESP, Clairvoyance, Clairaudience, Komunikasi dengan inner-self, meditasi, mengakses kekuatan superconscious mind dan eksperimen-eksperimen metafisika lainnya. Kebetulan kami kurang tertarik untuk mengembangkan Metaphysical Hipnosis. Dengan kata lain, kami bukan tempat bertanya yang tepat apabila anda punya pertanyaan tentang manfaat hipnosis untuk hal-hal metafisik tersebut.

PENGALAMAN HIPNOTIS
Orang yang terhipnosis perhatiannya terfokus pada suara penghipnosis, kemudian berbicara dan terbuai dalam keadaan sadar yang telah berubah. Tahap ini berbeda setiap individu tetapi kebanyakan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Relaksasi, rasa relaksasi yang mendalam dan rasa kedamaian, sering disertai perubahan rasa pada tubuh. Seperti melayang, tenggelam dan menyusut.
2.      Halusinasi Hipnotis : ketika di hipnosis, subjek melihat, merasakan, atau mendengar hal hal yang menyimpang dari biasanya bahkan hal hal yang tidak ada. Seperti mencium bau bunga yang tidak ada.
3.      Analgesia hipnotis. Subjek kehilangan rasa ketika disentuh atau kehilangan rasa sakit di daerah tubuhnya.
4.      Regresi usia hipnotis. Subjek dapat dibuat untuk merasakan bahwa dia kembali ke masa lalu, seperti masa kanak-kanak. Tidak diketahui apakah individu menjalani regresi usia dan mengingat kejadian yang terlupakan, tetapi proses ini sering terjadi pada subjek.
5.      Kontrol hipnotis. Perilaku individu yang terhipnosis kadang terlihat seperti kehilangan kontrol diri. Ketika dikatakan bahwa lengannya dapat melayang, lengan orang yang terhipnotis tersebut akan terlihat melayang seperti diangkat oleh balon yang tak terlihat.



OBAT- OBATAN YANG MEMPENGARUHI KESADARAN
Stimulan: Obat-obatan Perangsang
  • Amfetamin
Amfetamin merupakan psikotropika golongan II yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (Sulastri, 2013).
  • Kokain
Kokain didepresikan dari daun semak koka,yang terutama ditemukan di Perudan Bilovia. Selama berabad-abad,ekstrak mentah yang disebut pasta koka telah dibuat secara langsung dari daunnya dan dimakan. Laporan para pemakain banyak menyebutkan tentang gelombang perasaan nyaman (wave of wellbeing),mereka merasa percaya diri ramah, bersahabat, gelisahdan berbicara ngelantur serta mereka mamiliki keinginan yang rendah disbanding biasanya untuk makan dan tidur (Pinel, 2007).
  • Nikotin
Nikotin adalah obat yang sangat adiktif sehingga bisa menyebabkan kecanduan. Seperti amfetamin dan kokain, nikotin bertindak di otak dan menciptakan perasaan senang atau kepuasan (Noha Ahmed 2015). Ketika seseorang telah mengalami ketergantungan pada nikotin, maka saat withdrawal (putus zat) individu tersebut akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti cemas, merasa tertekan, sulit mengendalikan diri atau mudah marah, mudah putus asa, dan depresi. Gangguan emosi dan perilaku pada pecandu rokok juga erat kaitannya dengan perubahan aktivitas dan fungsi otak. Penelitian tentang pengaruh nikotin terhadap kinerja otak hampir selalu menggunakan metode neuroimaging (Andrian, 2010).

Depresan: Obat-obatan Penurun
  • Alkohol
Depresan yang paling umum adalah alkohol. Alkohol diklasifikasikan sebagai depresan karena pada dosis moderat sampai tinggi alkohol meneka penembakan neural,namun pada dosis rendah alkohol dapat menstimulasi penembakan neural dan memfasilitasi interaksi social. Dosis tinggi menyebabkan hilangnya kesadaran dan bila kadar dalam darah mencapain 0.5% ada resiko kematian akibat depresi respiratorik (Pinel, 2007).
Konsentrasi alkohol dalam darah dapat mempengaruhi mitokondria dalam malakukan metabolism. Asetaldehida dan asetat yang dihasilkan dari proses ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya penggunaan glukosa oleh otak. Pembentukan asetaldehida dan asetat berlebih terjadi pada pengguna alkohol kronis (Manzo, 2010).
Konsumsi alkohol kronis menghasilkan kerusakan otak ekstensif. Kerusakan ini dihasilkan secara langsung dan tidak langsung. Contoh penyakit yang secara langsung menyebabkan syndrome korsakoff (gangguan neuropsikologis yang ditandai oleh kehilangan ingatan, disfungsi sensorik dan motorik serta demensia berat) (Pinel, 2007). Hasil pengamatan de Wardener dan lennox (1947) di malnutrisi, telah diketahui bahwa penipisan tiamin merupakan mekanisme yang menimbulkan syndrome korsakoff (Kopelman, 2009).
Untuk mengobati kecanduan kini digunakan senyawa kurkawan yang dapat mengurangi laju kerusakan sel atau jaringan atau organ oleh konsumsi alkohol. Penggunaan resuratrol membawa dampak perlindungan pada otak, ginjal dan jantung karena meningkatkan pertumbuhan jumlah mitokondria (Manzo, 2010).



Narkotika: Mengurangi Rasa Sakit dan Kecemasan
Narkoba (Narkotika dan obat- obatan berbahaya) mempunyai istilah-istilah lain yang juga sering digunakan seperti zat adiktif, zat psikoaktif, zat psikotropika (Yatin, 1991). Menurut Yatin 1991 yang dimaksud obat psikoaktif adalah jenis zat yang dapat mengubah pikiran dan perasaan karena pengaruhnya secara langsung terhadap susunan saraf pusat ( otak dan susum tulang belakang).
Penyalahgunaan narkoba sendi secara biologis data mempengaruhi fungsi seksual (Wincze dkk, 1991). Ada beberapa jenis narkoba yang merangsang nafsu seksual. Kokain, mariyuana, brauer adalah perangsang seksual , amfetamin dapat meningkatkan reaksi seksual ( Master,1985) bila digunakan dalam dosis rendah. Temuan tersebut dapat diartikan bahwa para penyalahguna ketiga jenis narkoba tersebut akan cenderung melampiaskan nafsu seksualnya setelah menggunakan (Agnes, 2000).

Halusinogen: Obat-obatan Psychedelic
  • Mariyuana
Mariyuana (ganja) merupakan nama  lazim diberikan kepada daun dan bunga yang dikeringkan dari Cannabi Sativa (semacam pohon rami). Mode umum konsumsinya adalah dengan menghisap daunnya dalam bentuk joint (lintingan mariyuana) atau dengan menggunakan pipa, tetapi mariyuana juga efektif bila dipakai secara oral, mula- mula dipanggang dalam substratkaya minyak, missal sebagai browine coklat, untuk membantu penyerapan dari traktus gastrointestinal (Pinel, 2007).





Disusun oleh : Kelompok 3

Nabila, Whisnu, TataYunanda.



DAFTAR PUSTAKA

1.                                 Ardigo, Sheila, dkk., Hipnosis can reduce pain in hospitalized older patients: a randomized controlled study : Ardigo et al. BMC Geriatrics, 2016, DOI 10.1186/s12877-016-0180-y.
2.                                 Avalos, Salvador Manzo &  Molina, Alfredo Saavedra. Cellular and Mitochondrial Effect of Alkohol Consumption. Int.j.Environ. Res.Public Health, 2010, 7, 4281- 4303, DOI: 10.3390/ijerph7124281.
3.                                 Cozzolino, Mauro , dkk.,   A bioinformatic analysis of the molecular-genomic signature of therapeutic hipnosis : The International Journal of Psychosocial and Cultural Genomic ,  2014, Vol. 1 No. 1.
4.                                 Cramer, Holger, dkk. Hipnosis in Breast Cancer Care: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Integrative Cancer Therapies, 2015, Vol. 14(I) 5- 15, DOI: 10.1177/153735414550035.
5.                                 Guly,HR. Use and abuse of alkohol and other drugs during the heroic age of Antarctic exploration. Derriford Hospital, plymounth, 2012, Vol. 24(I) 94- 105, DOI: 10.1177/0957154X12450139.
6.                                 Hastjarjo, Dicky. Sekilas Tentang Kesadaran (Consciousness): Buletin Psikologi, 2005,Volume 13, No. 2.
7.                                 Kabalak, Afife Alyla, dkk. Clinical Hipnosis for Symtom  Management of Cancer Patients in Palliative Care. Anarka Ulus State Hospital, Anarka, Altindag, Turkey, 2014, http://dx.doi.org/10.4172/2165-7386.1000181.
8.                                 Kopelman, Michael D,dkk. The Korsakoff Syndrom: Clinical Aspects, Psychology and Treatment. Alkohol & Alkoholism, 2009,Vol. 44, No. 2, pp. 148- 154.
9.                                 Lahey, Benjamin B, Psychology an Introduction second edition, United State of America : Wm. C. Brown Publisher, 1986.
10.                             Lestari, Sulastri Indah, Strategi Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda Dalam Menanggulangi Penggunaan Narkoba di Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kota Samarinda: Ejournal Ilmu Pemerintah, 2013, I (2):943-955, ISSN :2338-3651.
11.                             Liem, Andrian, Pengaruh Nikotin terhadap Aktivitas dan Fungsi Otak serta Hubungannya dengan Gangguan Psikologis pada Pecandu Rokok: BULETIN PSIKOLOGI, 2010, VOLUME 18, NO. 2, 37 – 50, ISSN: 08547108.
12.                             Mesman, Glenn.R. The Relation Between ADHD Symptoms and alkohol Use in Collage Students.Journal of Attention Disorders, 2015, Vol. 19 (8) 694- 702, DOI: 10.1177/1087054713498931.
13.                             Mohamed, Noha Ahmed dan ElMwafie, Seham Mohamed. Effect of Hypnotherapy on smoking cessation among secondary school students.Faculty of Nursing, Beni- Suef University,Beni Suef, Egypt, 2014, Vol. 5, No.2, DOI: 10.5430/jnep.v5n2p67.
14.                             Passer, Michael W dan Smith, Ronald E, Psychology The Science of Mind and Behaviour, New York : Mc Graw-Hill, 2008.
15.                             Pinel, John P. J, Biopsikologi Edisi Ketujuh, terj. Helly, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015, ISBN : 978-602-8300-75-9.
16.                             Purnomowardani, Agnes Dewanti & Koentjoro. Penyingkapan diri, perilaku seksual, dan penyalahgunaan narkoba: Jurnal Psikologi, 2000, No. 1, 60-72.
17.                             Sulliivan, Edith V, dkk. Alkohol’s Effect on Brain and Behavior. Neuropsychological Sequelae of Alcololism, 2010, Vol. 33, Nos. 1 and 2.
18.         Woody, Erik & Sadler,Pamela.What Can a Hipnotic Induction Do?. American Journal of Clinical Hipnosis, 2016, DOI: 10.1080/00029157.2016





Disusun oleh : Kelompok 3

Nabila, Whisnu, TataYunanda.

No comments:

Post a Comment