playlist

Saturday, 2 December 2017

ATRIBUSI: MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU ORANG LAIN


  A.    Teori Atribusi dari Heider
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Heider (1925). Heider dikenal sebagai bapak teori atribusi. Ia bertanya, bagaimana kita “mengatribusi data indrawi kepada objek-objek tertentu di dunia.” Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi) dihubungkan kembali kepada sumber asalnya. Contoh, ketika  saya mendapat kesan warna merah dari sebuah benda, maka saya menyimpulkan bahwa benda itu berwarna merah. Artinya, saya mengatribusi kesan warna merah pada benda yang memberi saya kesan warna merah. Dari sini, kita dapat mengatakan bahwa atribusi merupakan analisi kausal, yaitu penafsiran terhadap sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomenon menampilkan gejala-gejala tertentu.
Menurut Heider, ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku:
1. Atribusi internal atau disposisional, bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku).
 2. Atribusi eksternal atau lingkungan, bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi dimana orang itu berada.
Analisis tentang bagaimana orang menyimpulkan disposisi dari tingkah laku dilakukan oleh Jones dan Davis (1965). Mereka melihat putusan-putusan dari intensi (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba, dan tujuan) sebagai syarat dari putusan tentang disposisi. Akan tetapi, studi akan lebih diarahkan kepada faktor disposisional pada kajian selanjutnya.

  B.     Teori Atribusi dari Kelley
Kelley (1967,1972) mengajukan model proses atribusi yang tidak lagi merujuk pada intensi. Menurutnya, untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat atribusi personal ketika consensus dan kekhususan (distinctiveness) rendah. Sedangkan pada saat consensusdan kekhususan, orang membuat atribusi stimulus. Jadi, atribusi dipengaruhi oleh factor-faktor dari interaksi orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional. 
Konsensus didefinisikan sebagai sejauh mana orang lain bereaksi  terhadap beberapa stimulus/kejadian dengan cara yang sama dengan orang yang sedang kita nilai. Sedangkan, kekhususan adalah sejauh mana seseorang merespons dengan cara yang sama terhadap stimulus/kekhususan yang berbeda. Istilah yang juga penting adalah konsistensi yang didefinisikan sebagai sejauh mana merespons stimulus atau situasi dengan cara yang sama dalam berbagai peristiwa. Konsistensi juga merupakan factor penting dalam menentukan apakah atribusi yang dihasilkan melibatkan faktor personal atau stimulus.
Dimensi lain dari Atribusi Kausal
Dimensi atribusi kausal ini terlepas dari dimensi internal-eksternal. Ada factor penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring ruang dan waktu, seperti sifat kepribadian dan temperamen (Miles and Carrey, 1997). Disisi lain, ada factor penyebab internal yang berubah-ubah seperti motif, kesehatan, kelelahan, dan suasana hati. Hal serupa juga berlaku pada factor-faktor penyebab eksternal. Norma sosial serta kondisi geografis merupakan contoh factor penyebab eksternal yang menetap, sedangkan nasib baik dan tuntutan orang lain  merupakan contoh penyebab eksternal yang berubah ubah.
Teori kepribadian tersirat (implicit personality theories)
Beberapa sifat yang pernah dipersepsikan dimasa lalu, digunakan untuk mempersepsikan tingkah laku saat ini. Sifat- sifat lain dapat dimunculkan melalui priming, yaitu sebuah proses mengakses sifat-sifat khusus melalui pengalaman saat ini. Higgins, dkk (1977) memberi ilustrasi operasi priming dalam studi mereka. Ketika partisipan penelitian mengingat kata positif atau negative dan lalu membaca paragraph yang ambigu tentang karakter bernama Donal, serta membentuk kesan maka mereka yang mengingat kata-kata positif akan membentuk pesan positif lebih banyak tentang Donald daripada partisipan yang mengingat kata-kata negative.

Sumber: Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.




ATRIBUSI
Teori atribusi mengupas bagaimana manusia biasa menjelaskan peristiwa-peristiwa sosial. Atribusi kausal atau sebab-akibat yang paling umum menjelaskan perilaku intern dan ekstern seseorang, stabil atau tidak stabil, dan dapat dikendalikan atau tidak. Para pembuat teorimulai dengan asumsi bahwa manusia sangat dimotivasi untuk menjelaskan peristiwa di sekelilingnya. Mereka melakukan hal itu dengan mencari penyimpangan-penyimpangan; yaitu, penyebab apakah yang biasanya diasosiasikan dengan akibatnya. Dan mereka memakai prinsip keraguan yakni; sejauh mana berbagai penyebab dapat diterima akal, mereka akan menyebar penjelasannya di antara mereka sendiri.
Teori Kelley(1967, 1972) menyatakan bahwa manusia mendasarkan atribusinya kepada 3 jenis informasi; yaitu, kejelasan (apakah ini satu-satunya situasi di mana orang tersebut melakukan hal tersebut), consensus (apakah orang lain melakukan hal yang sama dalam situasi yang sama), dan konsistensi (apakah orang tersebut selalu melakukannya dalam situasi seperti ini).
Ciri kepribadian orang lain dan sikapnya biasanya dismpulkan dari perilaku mereka yang terbuka dengan mempertimbangkan paksaan ekstern yang mempengaruhi mereka saat itu. Jika paksaan ini kuat, maka atribusi disebabkan oleh penyebab ekstern maupun intern. Jika paksaan lemah, dibuatlah atribusi intern. Teori atribusi dapat diterapkan kepada persepsi diri sendiri maupun persepsi terhadap orang lain. Artinya, prinsip yang serupa dapat digunakan atas bagaimana kita menyimpulkan penyebab tindakan kita sendiri dan bagaimana menyimpulka  penyebab tindakan orang lain.
Petunjuk intern yang kita terima melalui emosi kita yang tergugah, lebih merupakan keraguan dan lebih sulit dibedakan dari apa yang sudah diasumsikan di masa lalu. Dengan sendirinya, kita menyimpulkan sifat dan tingkatan rangsangan emosi yang kita rasakan melalui proses atribusi yang berdasar bukti-bukti perilaku kita sendiri, petunjuk ekstsern keadaan kita yang terangsang, dan kondisi lingkungan. Sampai batas tertentu, kita menyimpulkan sikap kita sendiri dari perilaku kita, khususnya jika kita tidak terlibat dalam sikap kita dan hika hal itu mempunyai konsekuensi yang kecil sekali bagi masa depan.
Dalam bentuknya yang paling murni, teori atribusi menguraikan mekanisme logis rasionalistis untuk sampai kepada penjelasan sebab-akibat. Teteapi beberapa distorsi sistematik telah ditemukan. Secara umum, orang memberika lebih banyak sebab-akibat kepada disposisi intern daripada yang semestinya dan lebih sedikit kepada paksaan ekstern. Hal ini dinamakan kekeliruan atribusi fundamental. Hal ini dapat dilakukan untuk pengamatan terhadap perilaku orang lain. Persepsi diri sendiri dapat menerima distorsi dari arah yang berlawanan dan lebih mengatribusikan. Kepada paksaan ekstern. Dalam kedua kasus itu, distorsi itu terutama diakibatkan oleh adanya penonjolan relatif dari perilaku dan situasi.

Manusia sangat dipengaruhi oleh keperluan iuntuk menjelaskan yang mendukung atau melindungi harga diri mereka; mereka melakukan hal itu dengan menyalahkan keadaan ekstern dan mengambil keuntungan dari keberhasilan. Kelihatannya manusia membutuhkan ilusi kendali atas lingkungannya. Persepsi mereka membesar-besarkan tingkat kendali mereka, dan mereka jadi terganggu secara emosional jika merekan merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali. Mereka percaya adanya dunia yang adil di mana manusia dapat memperoleh apa yang semestinya mereka peroleh, yang nampaknya didasarkan pada asumsi bahwa orang dapat mengendalikan prestasi mereka sendiri.


Sumber: 
Sears, David O., dkk, Psikologi Sosial Jilid I, edisi kelima, terj. Michael Adryanto &   Savitri            Soekrisno, Jakarta: Penerbit Erlangga.



PSIKOLOGI SOSIAL: Persepsi Sosial


A.      PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL
Dalam psikologi, persepsi memiliki arti proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Lebih singkat memiliki arti adalah suatu proses yang di dahului oleh pengindraan. (Sarwono, 2009).
Persepsi sosial adalah suatu proses pemahaman oleh seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu realitas sosial. (Hanurawan, 2012). Pengertian yang lain mengenai persepsi sosial adalah aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali atau dengan kata lain mencari tahu dan mengerti orang lain. (Sarwono, 2009)
Persepsi dapat berupa apa saja. Atribut-atribut individual yang mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik dan kemampuan menilai. Dengar persepsi sosial kita berusaha untuk mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki dan didambakan orang lain(1) membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak gerik tubuh, kata kata, dan tingkah laku mereka(2) menyesuaikan tindakan sendiri demgam keberatan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut (3) (Sarlito dan eko,2009)


B.       PERSEPSI SOSIAL SEBAGAI PROSES
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Kesan yang kita bentuk di dasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsangan-rangsangan yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia beroperasi pada bias-bias tertentu untuk membentuk kesan orang lain. Contohnya, ketika kita cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpenampilan rapi, tampan dan wangi merupakan orang yang baik daripada orang yang berpenampilan tidak lebih baik. Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terlebih dahulu yang dianggap baik disebut efek halo.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan oleh orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan dari tanda nonverbal.
Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi yang dalam psikologi sosial merupak langkah awal dari pembentukan kesan. Atribusi merupakan istilah umu yang merujuk pada suatu proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan memperoleh pengetahuan sifat-sifat, serta disposisi yang menetap pada orang lain. (Sarwono, 2009)

C.      FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI SOSIAL

  1.      Faktor Penerima (the perceiver)
Dalam mengamati orang lain yang menjadi sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, pemahaman merupakan suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat (konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Pengalaman di masa lalu menjadi bagian dasar informasi yang juga memengaruhi pembentukan persepsi seseorang. 
  2.      Situasi (the situation)
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dibagi menjadi tiga,yaitu:
a.       Seleksi, merupakan sikap alamiah seseorang yang akan lebih memusatkan perhatian pada objek-objek yang dianggap lebih disukai.
b.      Kesamaan, pengklasifikasian orang-orang skema structural yang telah ada stereotip tertentu.
c.       Organisasi, individu dalam proses persepsi sosia cenderung untuk memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang logis, runtut, dan teratur (sistematis).    
  3.      Objek sasaran (the target)
Dalam proses pembentukan persepsi sosial juga dipengaruhi oleh objek yang diamati, yakni orang lain. Beberapa cirri yang terdapat dalam objek sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh terhadap persepsi sosial. Ciri-ciri yang dapat menimbulkan kesan pada diri penerima antara lain, keunikan (novelty), kekontrasan, ukuran dan intersitas, dan kedekatan (proximity). (Hanurawan, 2012)

D.      TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita akan mencari segala informasi tentang orang tersebut, bisa saja kita akan bertanya kepada orang lain tentang apa yang mereka rasakan tapi cara ini tidak selalu memeberikan hasil yang tepat karena orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang mereka alami. Apalagi jika kita yang bertanya dengan orang yang baru kita kenal, orang-orang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaan mereka kepada orang lain yang baru dikenalnya. Dalam keadaan seperti itu untuk memahami orang lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh fisik mereka. Kita mencoba mengenali mereka melalui tingkah laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai berbagai tujuan(petterson, 1983) sebagai berikut:
1.      Tingkah laku nonverbal menyediakan menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek.
2.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi.
3.      Tingkah laku nonverbal dapat digunaakam untuk mengungkapkan keintiman.
4.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali.
5.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan.
Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukan sikap mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian dan memfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.
Tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang lain.
Saluran Komunikasi Nonverbal
Aktifitas-aktifitas nonverbal pada bagian-bagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat menjadi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Dari hasil penelitian menemukan bahwa ada lima saluran komunikasi nonverbal, yaitu:
   1.      Ekspresi wajah
Melalui ekspresi wajah kita dapat mengenali dan mengerti emosi orang lain. Hasil penelitian tentang hubungan ekspresi wajah dengan emosi menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oelh ekspresi wajah, yaitu: marah, takut, laget, bahagia, dan jijik(izzart 1991;Rozin, Lowry 7 Ebert,1994). Perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah seperti apa yang ditampilkan pada situasi tertentu(Baron, Bryne,& Branscombe, 2006)
   2.      Kontak mata
Orang secara sadar atau tudak sadar sering melakukan aktifitas yang melibatkan kontak mata. Dalam beberapa konteks pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda.
   3.      Gerak-gerik  atau gerakan badan
Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan  badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga kita dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain.
   4.      Postur
Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut dengan bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh dapat menunjukan kepada kita keadaan emosional orang lain.
   5.      Sentuhan
Sentuhan bisa menjadi petunjuk bagi afeksi, kepedulian, minat seksual, dominasi, atau agresi. Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait dengan:1. Siapa yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing); 2. Jenis kontak fisik (lama atau sebentar, lembut atau kasar); 3.konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial). Dalam beberapa budaya, jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat sentuhan sering kali menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh(Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982). Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.
Komunikasi Nonverbal Melalui Multi-Saluran
Dengan mencermati beragam tanda dari beragam saluran komunikasi nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang dirasakan orang lain. (Sarwono, 2009)
E.       ATRIBUSI: MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU ORANG LAIN

    1.      Teori Atribusi dari Heider
Heider dikenal sebagai bapak dari teori atribusi
à Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi.)
à Atribusi merupakan analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomen menampilkan gejala-gejala tertentu
à  Ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku:
a)      Atribusi internal/disposisional
b)      Atribusi eksternal/lingkungan

   2.      Teori Atribusi dari Kelley
   è Atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional
F.       BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL
1.      Efek Halo
Suatu kesimpulan tentang kesan umum individu terhadap cirri-ciri orang lain pada suatu peristiwa (first impression) yang secara logis juga berlakau untuk peristiwa lain. (Hanurawan, 2012)
2.      Bias Korespondensi
Fenomenayang ditandai oleh kecenderungan kurang mempertimbangkan faktor penyebab eksternal.( Jones, 1979)
3.      Kesalahan Atribusi Fundamental
Kecenderungan untuk memersepsikan orang lain sebgaimana yang ditampilkannya karena sifat-sifat yang dimiliki orang tersebut.
4.      In-Group Bias
Kecenderungan menyukai anggota-anggota kelompok kita sendiri dibandingkan anggota-anggota kelompok lain (Allen & Wilder, 1975; Billig & Tajfel, 1973; Brewer, 1979; Tajfel, 1970; Wilder, 1981.)
5.      In Group-out group asymmetry
Kecenderungan memersepsikan kelompok sendiri dengan cara dan standar yang berbeda dengan cara memersepsikan orang lain. (Berhubungan dengan tipografis.) 


DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan, Fattah, Psikologi Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.







Disusun oleh Kelompok 1: Esti, Hanny, Dhea, Tata, Eni, Ulfa, Fithra, Nafissa.
Btw, materi dalam makalah ini dipersingkat diminimalisir disederhanakan diringkas sedemikian rupa ya  hehehe, dikarenakan memang pada saat itu diberi aturan maksimal 8 halaman saja :).