playlist

Tuesday, 22 January 2019

SINOPSIS FILM YASMINE DAN ANALISIS MENGGUNAKAN TEORI PSIKOLOGI


SINOPSIS FILM  - TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL

Judul Film       : Yasmine
Produksi          : Origin Films
Sutradara         : Siti Kamaluddin
Para Pemain    : Liyana Yus (sebagai Yasmine Fatia), Reza Rahadian (sebagai Fahri, ayah Yasmine), Dwi Sasono (sebagai Cik Gu Tong Fu), Agus Kuncoro (sebagai Jamal), Roy Sungkono (sebagai Ali), Nadiah Wahid (sebagai Nadia).
Yasmine adalah seorang siswi SMA yang hidup berdua dengan ayahnya, Fahri, yang tetap menduda sepeninggal istrinya. Sayangnya, karena Fahri hanya pegawai negeri perpustakaan, ia tidak mampu membiayai putrinya masuk sekolah internasional favorit karena terlalu mahal. Yasmine pun kecewa karena tidak bisa satu sekolah dengan teman-teman lamanya. Yasmine memutuskan untuk mengubah kekecewaannya dengan berusaha menyesuaikan diri dan bergabung di klub silat sekolahnya bersama dua sahabat barunya, Ali dan Nadia. Di bawah bimbingan pelatih silat Cik Gu Tong Fu (yang hanya berkipas malas-malasan, Yasmine dan kedua temannya berlatih dengan giat untuk kejuaraan silat tingkat nasional).
Bagi Yasmine mengikuti silat awalnya didorong motivasi pribadi.  Adi, pria pujaan sewaktu kecil adalah sang juara silat internasional di London. Sayangnya sahabatnya sewaktu kecil itu sudah menjadi kekasih Dewi Isyana, yang juga juara silat dari Sekolah Tinggi Internasional. Sejak awal keduanya sudah digambarkan selalu berselisih satu sama lain. Misalnya pada scene di loker sekolah ketika Yasmine rindu bertemu teman lamanya di sekolah favorit tersebut. Dewi dengan ketus berkata: “Kita jumpa di gelanggang”. Yasmine berambisi mengikuti kompetisi kejuaraan silat remaja tingkat nasional dengan mengajak dua sahabat barunya mencari tambahan ilmu dari luar sekolah.
Selama mengikuti klub silat dan latihan, Yasmine tidak diketahui oleh Ayahnya. Padahal Fahri sangat menentang Yasmine untuk menikuti klub silat, bahkan memaksanya belajar mengaji pada bu Nurma setiap hari. Namun, dengan cerdas Yasmine berhasil membujuk guru mengajinya dan mendapatkan ilmu baru dari pendekar Jamal yang telah lumpuh kakinya. Cerita terus bergulir, Yasmine digambarkan sebagai cewek berkarakter gigih mencari guru yang mau mengajarkannya jurus yang lebih mumpuni untuk bisa menghadapi Dewi, di final. Yasmine pun tak segan berlatih jurus maut pada Datuk Hitam yang dikucilkan kalangan pendekar. Justru itulah jurus terlarang yang dulu digunakan Fahri, ayah Yasmine pada sahabatnya sendiri. Dari sini akhirnya Yasmine tahu mengapa ayahnya mempunyai trauma terhadap silat setelah dia memukul “knock out” lawannya di semifinal.  Selain itu Yasmine berubah jadi arogan dan berselisih dengan Ali dan Nadia.
Seiring berjalannya waktu, Yasmine sadar kemudian ia dan Ayahnya berbaikan dan saling meminta maaf. Yasmine pun meminta maaf pada dua sahabatnya, akhirnya mereka bertiga bisa rukun kembali. Dan final pun dimulai. Akhirnya, Yasmine dan Dewi pun bertarung di arena silat. Terjadi pertarungan yang sengit antara keduanya. Mereka jatuh bangun dan saling beradu. Di tengah pertandingan, Yasmine mencoba menggunakan jurus “knock out” yang diterimanya dari Datuk Hitam, Cik Gu Tong Fu menatap Yasmine dari kejauhan dan merasa was-was dengan perilaku Yasmine tersebut. Namun ternyata Yasmine tidak menggunakan jurus tersebut dan langsung mendorong lawannya hingga tak dapat bangkit kembali. Akhirnya dinobatkanlah Yasmine sebagai pemenangnya.


ANALISIS FILM YASMINE
  • Pola Asuh
Ayah Yasmine mengasuh Yasmine dengan pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak alasan (Edwards, 2006). Terlihat dalam adegan film tersebut ketika Ayah Yasmine tidak mengizinkan Yasmine untuk mengikuti klub silat disekolahnya tanpa memberikan penjelasan kepada Yasmine mengapa ia tidak mengizinkannya. Hal tersebut menyebabkan Yasmine sering melanggar peraturan seperti sering pulang larut malam tanpa mengabarkan Ayahnya. Yasmine juga menjadi seseorang yang agak pemarah dan cepat tersinggung.

  • Teori Behavioristik
Teori ini yaitu bagaimana seseorang belajar dari pengalaman. Dalam adegan film tersebut, Ayah Yasmine tidak mengizinkan Yasmine untuk mengikuti club silat karena Ayah Yasmine sebelumnya pernah juga menjadi bagian dari club silat. Namun ketika pertandingan silat, Ayah Yasmine menggunakan jurus “knock out” atau jurus mematikan untuk melumpuhkan lawannya. Ia tidak ingin Yasmine mengikuti silat untuk menyakiti orang lain. Sayangnya ketika Ayah Yasmine melarang Yasmine untuk tidak mengikuti club silat, ia tidak menjelaskan apa alasannya.
Teori ini yaitu bagaimana orang bersikap dan menyesuaikan diri dipengaruhi oleh lingkungannya. Seperti pada cerita di film ketika Yasmine mulai berubah menjadi sombong dan pemarah namun karena lingkungannya dalam artian yaitu teman-temannya yang menyadarkan Yasmine hingga akhirnya ia tidak arogan ataupun pemarah lagi.


  • Teori Humanistik
Dikemukakan oleh Maslow (1908-1970) bahwa masing-masing kita memiliki kekuatan bawaan kearah aktualisasi diri hingga mencapai potensi setiap individu. Ketika kepribadian seseorang berkembang di dalam lingkungan yang mendukung, maka sifat positif seseorang tersebut akan muncul. Contohnya dalam adegan film ketika Yasmine berusaha untuk mendapatkan jurus silat yang lebih baik, karena di club sekolahnya, guru silatnya tidak dapat mempraktikkan jurus-jurus silat kepada Yasmine dan teman-temannya. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari sendiri guru silat dengan mendatangi berbagai padepokan serta mereka belajar secara otodidak. Mereka berlatih keras untuk mempersiapkan diri menghadapi turnamen silat nasional.

  • Relasi Remaja dengan Teman Sebaya
Laursen (2005) mengatakan bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja. Pernyataan Laursen dapat dipahami karena pada kenyataannya remaja dalam masyarakat modern seperti sekarang ini menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebayanya (Steinberg, 1993). Terlihat dalam adegan film tersebut, Yasmine banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Ali dan Nadia. Dari pagi hari di sekolah hingga malam hari mereka latihan silat bersama.

  • Teori Psikoanalitik
Dalam hal superego dari teori psikoanalitik yang dikembangkan oleh Freud. Superego yaitu perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana yang diterangkan orangtua kepada anaknya. Superego bertugas untuk mengontrol insting-insting. Contohnya dalam adegan dalam tersebut ketika Yasmine berada pada pertandingan final silat dan hendak melakukan pukulan mematikan kepada lawannya atas dasar prinsip ego dalam dirinya. Namun, superegonya mengingatkannya pada larangan Fahri, ayahnya dan gurunya yaitu Cik Gu Jamal agar tidak menggunakan jurus tersebut untuk melumpuhkan lawan karena dapat mengakibatkan hal yang fatal. Akhirnya Yasmine menyesuaikan diri dengan mengurungkan niatnya untuk menuruti egonya tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Admin, “Pola Asuh Otoriter”, November 2012, http://www.psychologymania.com/2012/11/pola-asuh-otoriter.html?m=1 diakses paa=da 2 April 2017
Lahey, Benjamin B, Psychology an Introduction, second edition, United State of America: Wm. C. Brown Publisher, 1986.
Mcdens13, “Pengertian Teman Sebaya”, 26 Maret 2013, https://mcdens13.wordpress.com/2013/03/26/pengertian-teman-sebaya/ diakses pada 2 April 2017.
Papalia, Diane E., dkk, Human Development, terj. A. K. Anwar, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2008.
Hall, Calvin S. dan Lindzey, Gardner, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), edt. A. Supratiknya, Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS, 1993.







Disusun oleh: Ria, Tata Puspita, Homi, Bella.

No comments:

Post a Comment