SINOPSIS
FILM - TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL
Judul
Film : Yasmine
Produksi : Origin Films
Sutradara : Siti Kamaluddin
Para Pemain : Liyana Yus (sebagai Yasmine Fatia), Reza Rahadian (sebagai
Fahri, ayah Yasmine), Dwi Sasono (sebagai Cik Gu Tong Fu), Agus Kuncoro
(sebagai Jamal), Roy Sungkono (sebagai Ali), Nadiah Wahid (sebagai Nadia).
Yasmine adalah seorang siswi SMA yang hidup berdua
dengan ayahnya, Fahri, yang tetap menduda sepeninggal istrinya. Sayangnya,
karena Fahri hanya pegawai negeri perpustakaan, ia tidak mampu membiayai
putrinya masuk sekolah internasional favorit karena terlalu mahal. Yasmine pun
kecewa karena tidak bisa satu sekolah dengan teman-teman lamanya. Yasmine
memutuskan untuk mengubah kekecewaannya dengan berusaha menyesuaikan diri dan
bergabung di klub silat sekolahnya bersama dua sahabat barunya, Ali dan Nadia.
Di bawah bimbingan pelatih silat Cik Gu Tong Fu (yang hanya berkipas
malas-malasan, Yasmine dan kedua temannya berlatih dengan giat untuk kejuaraan
silat tingkat nasional).
Bagi Yasmine mengikuti silat awalnya didorong motivasi
pribadi. Adi, pria pujaan sewaktu kecil
adalah sang juara silat internasional di London. Sayangnya sahabatnya sewaktu kecil
itu sudah menjadi kekasih Dewi Isyana, yang juga juara silat dari Sekolah
Tinggi Internasional. Sejak awal keduanya sudah digambarkan selalu berselisih
satu sama lain. Misalnya pada scene di loker sekolah ketika Yasmine rindu
bertemu teman lamanya di sekolah favorit tersebut. Dewi dengan ketus berkata:
“Kita jumpa di gelanggang”. Yasmine berambisi mengikuti kompetisi kejuaraan
silat remaja tingkat nasional dengan mengajak dua sahabat barunya mencari
tambahan ilmu dari luar sekolah.
Selama mengikuti klub silat dan latihan, Yasmine tidak
diketahui oleh Ayahnya. Padahal Fahri sangat menentang Yasmine untuk menikuti
klub silat, bahkan memaksanya belajar mengaji pada bu Nurma setiap hari. Namun,
dengan cerdas Yasmine berhasil membujuk guru mengajinya dan mendapatkan ilmu
baru dari pendekar Jamal yang telah lumpuh kakinya. Cerita
terus bergulir, Yasmine digambarkan sebagai cewek berkarakter gigih mencari
guru yang mau mengajarkannya jurus yang lebih mumpuni untuk bisa menghadapi
Dewi, di final. Yasmine pun tak segan berlatih jurus maut pada Datuk Hitam yang
dikucilkan kalangan pendekar. Justru itulah jurus terlarang yang dulu digunakan
Fahri, ayah Yasmine pada sahabatnya sendiri. Dari sini akhirnya Yasmine tahu
mengapa ayahnya mempunyai trauma terhadap silat setelah dia memukul “knock out”
lawannya di semifinal. Selain itu
Yasmine berubah jadi arogan dan berselisih dengan Ali dan Nadia.
Seiring berjalannya waktu, Yasmine sadar kemudian ia
dan Ayahnya berbaikan dan saling meminta maaf. Yasmine pun meminta maaf pada
dua sahabatnya, akhirnya mereka bertiga bisa rukun kembali. Dan final pun
dimulai. Akhirnya, Yasmine dan Dewi pun bertarung di arena silat. Terjadi
pertarungan yang sengit antara keduanya. Mereka jatuh bangun dan saling beradu.
Di tengah pertandingan, Yasmine mencoba menggunakan jurus “knock out” yang
diterimanya dari Datuk Hitam, Cik Gu Tong Fu menatap Yasmine dari kejauhan dan
merasa was-was dengan perilaku Yasmine tersebut. Namun ternyata Yasmine tidak
menggunakan jurus tersebut dan langsung mendorong lawannya hingga tak dapat
bangkit kembali. Akhirnya dinobatkanlah Yasmine sebagai pemenangnya.
ANALISIS
FILM YASMINE
- Pola
Asuh
Ayah Yasmine mengasuh Yasmine dengan
pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator
dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak alasan
(Edwards, 2006). Terlihat dalam adegan film tersebut ketika Ayah Yasmine tidak
mengizinkan Yasmine untuk mengikuti klub silat disekolahnya tanpa memberikan
penjelasan kepada Yasmine mengapa ia tidak mengizinkannya. Hal tersebut
menyebabkan Yasmine sering melanggar peraturan seperti sering pulang larut
malam tanpa mengabarkan Ayahnya. Yasmine juga menjadi seseorang yang agak
pemarah dan cepat tersinggung.
- Teori
Behavioristik
Teori ini yaitu bagaimana seseorang
belajar dari pengalaman. Dalam adegan film tersebut, Ayah Yasmine tidak
mengizinkan Yasmine untuk mengikuti club silat karena Ayah Yasmine sebelumnya
pernah juga menjadi bagian dari club silat. Namun ketika pertandingan silat,
Ayah Yasmine menggunakan jurus “knock out” atau jurus mematikan untuk
melumpuhkan lawannya. Ia tidak ingin Yasmine mengikuti silat untuk menyakiti
orang lain. Sayangnya ketika Ayah Yasmine melarang Yasmine untuk tidak mengikuti
club silat, ia tidak menjelaskan apa alasannya.
Teori ini yaitu bagaimana orang
bersikap dan menyesuaikan diri dipengaruhi oleh lingkungannya. Seperti pada
cerita di film ketika Yasmine mulai berubah menjadi sombong dan pemarah namun
karena lingkungannya dalam artian yaitu teman-temannya yang menyadarkan Yasmine
hingga akhirnya ia tidak arogan ataupun pemarah lagi.
- Teori
Humanistik
Dikemukakan oleh Maslow (1908-1970)
bahwa masing-masing kita memiliki kekuatan bawaan kearah aktualisasi diri
hingga mencapai potensi setiap individu. Ketika kepribadian seseorang
berkembang di dalam lingkungan yang mendukung, maka sifat positif seseorang
tersebut akan muncul. Contohnya dalam adegan film ketika Yasmine berusaha untuk
mendapatkan jurus silat yang lebih baik, karena di club sekolahnya, guru
silatnya tidak dapat mempraktikkan jurus-jurus silat kepada Yasmine dan
teman-temannya. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari sendiri guru silat
dengan mendatangi berbagai padepokan serta mereka belajar secara otodidak.
Mereka berlatih keras untuk mempersiapkan diri menghadapi turnamen silat
nasional.
- Relasi
Remaja dengan Teman Sebaya
Laursen (2005) mengatakan bahwa teman
sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada
masa-masa remaja. Pernyataan Laursen dapat dipahami karena pada kenyataannya
remaja dalam masyarakat modern seperti sekarang ini menghabiskan sebagian besar
waktunya bersama dengan teman sebayanya (Steinberg, 1993). Terlihat dalam
adegan film tersebut, Yasmine banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Ali
dan Nadia. Dari pagi hari di sekolah hingga malam hari mereka latihan silat
bersama.
- Teori
Psikoanalitik
Dalam hal superego dari teori
psikoanalitik yang dikembangkan oleh Freud. Superego yaitu perwujudan internal
dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana yang
diterangkan orangtua kepada anaknya. Superego bertugas untuk mengontrol
insting-insting. Contohnya dalam adegan dalam tersebut ketika Yasmine berada
pada pertandingan final silat dan hendak melakukan pukulan mematikan kepada
lawannya atas dasar prinsip ego dalam dirinya. Namun, superegonya
mengingatkannya pada larangan Fahri, ayahnya dan gurunya yaitu Cik Gu Jamal
agar tidak menggunakan jurus tersebut untuk melumpuhkan lawan karena dapat
mengakibatkan hal yang fatal. Akhirnya Yasmine menyesuaikan diri dengan mengurungkan
niatnya untuk menuruti egonya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, “Pola Asuh Otoriter”, November
2012, http://www.psychologymania.com/2012/11/pola-asuh-otoriter.html?m=1
diakses paa=da 2 April 2017
Lahey, Benjamin B, Psychology an Introduction, second
edition, United State of America: Wm. C. Brown Publisher, 1986.
Mcdens13, “Pengertian Teman Sebaya”,
26 Maret 2013, https://mcdens13.wordpress.com/2013/03/26/pengertian-teman-sebaya/
diakses pada 2 April 2017.
Papalia, Diane E., dkk, Human Development, terj. A. K. Anwar,
Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2008.
Hall, Calvin S. dan Lindzey, Gardner,
Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), edt. A. Supratiknya, Yogyakarta:
PENERBIT KANISIUS, 1993.
Disusun oleh: Ria, Tata Puspita, Homi, Bella.