playlist

Saturday, 16 February 2019

RESUME BUKU AKHLAK TASAWUF



IDENTITAS BUKU
Judul buku                              : Akhlak Tasawuf
Penulis                                     : Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag.
Penerbit                                   : CV. Pustaka Setia
Tahun terbit                             : 2010
Kota terbit                               : Bandung
Tebal buku                              : 364 halaman
Jumlah Bab                             : 16
Ukuran Buku                          : 15 x 24 cm
Edisi                                        : Revisi








BIOGRAFI PENULIS
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. dilahirkan di Desa dan Kec. Ciwaru Kab. Kuningan pada tanggal 15 September 1969, anak dari pasangan keluarga K.H. Moch. Amman (Alm.) dan Sili Nafisah (Alm). Beliau menempuh pendidikan formal di SDN Bayu Asih Ciwaru (1983), MTs NU Buntet Cirebon tahun 1986, MANU Buntet Cirebon (1989), Sunan Gunung Djati Bandung (S-l) (1993), IAIN Syarif Hidayatullah (S-3) (2005), Jakarta. Sedangkan pendidikan non-formalnya dijalani di Pondok Pesantren Buntet Cirebon (1983-1989).
Sejak tahun 1995 menjadi staf pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Beliau juga aktif dengan menjadi Anggota Dewan Tahqiq Departemen Agama Republik Indonesia, Mengajar di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mengajar di Akper Kabupaten Sumedang, pengurus wilayah NU Jawa Barat, Direktur Lembaga Studi Ai-Quran (LESTUTA) Bandung, Pengurus Wilayah Persatuan Tarbiyah Jawa Barat, Pengurus ICMI Muda Jawa Barat Pengurus Wirakarya Jawa Barat. Dan pada tahun 1995, beliau menikah dengan Enung Supartini, S.S. dan dikarunia dua anak, Hielya Amelia dan Raghib Musoffa Kamil.
Di antara karya-karyanya adalah: Keberadaan Israiliyyat dalam Tafsir At Thabari dan Tafsir lbnu Katsir, Meluruskan Sejarah Islam, Studi Kritis tentang Tahkim, dan masih banyak lagi karya-karyanya yang menarik


RESUME BUKU

BAB 1
AKHLAK DAN BEBERAPA TINJAUAN TERHADAPNYA
Akhlak berarti perbuatan tingkah laku manusia secara spontan yang dibedakan menjadi 2, yaitu akhlak baik (akhlakul karimah) dan akhlak buruk (akhlakul madzmudah). Etika yaitu teori tentang perbuatan manusia yang dilihat dari baik buruknya. Sedangkan moral yaitu ajaran tentang baik buruknya perbuatan manusia. Akhlak, etika dan moral mempunyai persamaan, antara lain: ketiganya mengacu pada ajaran/perbuatan tentang tingkah laku, perbuatan dan sifat yang baik; ketiganya merupakan prinsip untuk mengukur harkat dan martabat manusia; dan ketiganya merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Akhlak, etika dan moral juga memiliki perbedaan, antara lain: akhlak tolok ukurnya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah; etika tolok ukurnya adlah pikiran dan akal; moral tolok ukurnya norma yang hidup dalam masyarakat.
Landasan akhlak yang baik yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, akhlak diposisikan sebagai salah satu rukun agama Islam. Sedangkan manfaat mempelajari akhlak antara lain: mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah, serta menerapkan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan.

Akhlak dibagi menjadi 5, yaitu:
1.     Akhlak pribadi: yang diperintahkan (awamir), yang dilarang (nawahi), yang dibolehkan (mubahat), dan akhlak dalam keadaan darurat.
2.     Akhlak berkeluarga: kewajiban antara orang tua dan anak, kewajiban suami istri, serta kewajiban terhadap karib kerabat.
3.     Akhlak bermasyarakat: yang dilarang, yang diperintahkan dan kaidah-kaidah adab.
4.     Akhlak bernegara: hubungan antara pemimpin dan rakyat dan hubungan luar negeri.
5.     Akhlak beragama: kewajiban terhadap Allah SWT, dan kewajiban terhadap Rasul.



BAB 2
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAINYA
A.    Ilmu Akhlak dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari perbuatan manusia yang juga menjadi objek kajian ilmu akhlak. Ilmu akhlak mendorong mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi pokok persoalan sosiologi.
B.    Ilmu Akhlak dengan Psikologi
Psikologi menyelidiki dan membicarakan kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak, kemerdekaan, khayal, dan rasa kasih yang kesemuanya dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
C.    Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum
Pokok pembicaraan ilmu akhlak dan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya pun hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan kebahagiaan.
D.    Ilmu Akhlak dengan Filsafat
Dapat dikatakan bahwa ilmua akhlak merupakan cabang filsafat praktis. Akan tetapi, jumlah ilmu sedemikian banyak sehingga ilmu akhlak pun berdiri menjadi ilmu tersendiri.
E.    Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf (Irfan)
Berarti bahwa hati manusia harus berfungsi bagaikan cermin yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat dan menyingkap tirai.
F.     Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan (Tarbiyah)
Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis pendidikan, seperti pendidikan etika, pendidikan akal, pendidikan ilmu, das sebagainya. Semua jenis pendidikan harus tunduk pada kaidah-kaidah agama.

G.    Ilmu Akhlak dengan akidah dan Ibadah
Islam telah menghubungkan secara erat antara akidah dan akhlak. Dalam Islam, akhlak bertolak dari tujuan-tujuan akidah. Akidah merupakan barometer bagi perbuatan, ucapan, dengan segala bentuk interaksi sesama manusia. Berdasarkan keterangan Al-Qur’an dan As-Sunah, iman kepada Allah menuntut seseorang mempunyai akhlak yang terpuji.

BAB 3
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
A.    Sejarah perkembangan akhlak pada Zaman Yunani
1.     Tokoh sofistik (500-450 SM)
Sebelum kemunculan tokoh-tokoh Sofistik, akhlak kurang diperhatikan. Kemudian muncullah mereka yaitu ahli filsafat dan menjadi guru di beberapa negeri. Walaupun berbeda-beda pikiran dan pendapat mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani untuk menjadi nasional yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
2.     Socrates (469-399 SM)
Ia berpendapat bahwa akhlak dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia harus didasarkan pada ilmu. Tidak ditemukan pandangannya tentang tujuan akhir akhlak atau ukuran yang digunaknan untuk menilai suatu perbuatan apakah baik atau buruk.
3.     Cynis dan Cyrenics
Diantara ajarannya adalah bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan dan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memiliki perangai akhlak ketuhanan. Dengan akhlak ketuhanan ini, seseorang sedapat mungkin meminimalisasi kebutuhan dan terbiasa dengan hidup sederhana.


4.     Plato
Pandangan plato mengenai akhlak didasarkan pada teori ”model” (paradigma), yaitu di balik alam ini ada alam rohani (alam ideal) yang terdapat bermacam-macam kekuatan.
5.     Aristoteles (9394-322 SM)
Dia membuat aliran baru dan pengikutnya dinamakan peripatetics. Dia berpendapat bahwa tujuan terakhir manusia adalah kebahagiaan dengan cara mempergunakan kekuatan akal sebaik-baiknya.
6.     Stoics dan Epicuris
Epicurics mendasarkan pelajarannya pada paham kelompok Cyrenics. Filsafat Epikurus bertujuan menjamin kebahagiaan manusia dengan menitikberatkan pada etika yang akan memberikan ketenangan batin.
7.     Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat mengubah pemikira manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang menjelaskan baik dan buruk yang tercantum dalam Taurat.
Menurut para filsuf yunani pendorong untuk melakukan perbuatan baik adalah ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani,pendorong untuk melakukan perbuatan baik adalah cinta kepada Tuhan dan iman kepada-Nya.
B.    Akhlak pada abad Pertengahan
Pada abad pertengahan di kuasai oleh gereja yang berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Oleh karena itu, tidak ada artinya penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan adalah ajaran akhlak yang di bangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.


C.    Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam
Bangsa arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walupun nilai yang tercetus leqwat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang di ucapkan oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut sudah ada muatan-muatan akhlak.
D.    Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab setelah Islam, antara lain:
1.     Ali bin Abi Tholib, berdasarkan sebuah risalah yang di tulis untuk putranya Al-Hasan, setelah kepulangannya dari perang shiffin. Dan kandungnya terdapat dalam kitab Nahj Al-Balaghoh.
2.     Isma,il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani pada abad ke-2 H,beliau menulis kitab Al mukmin wa Al-Fajir.
3.     Ja’far bin Ahmad Al-Qummi, penulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah  pada abad ke-3H, dan lain-lain.
E.    Barat (Zaman Baru)
Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya: Descartes (1596-1650), Jhon of Salisbury (1120-1180M), Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873), Thomas Hill Green (1836-1882) dan herbert Spencer (1820-1903), Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Khat (1724-1831), Viktor Causin (1729-1867) dan August Comte (1798-1857), serta Pasca Mill dan Spencer.

BAB 4
BAIK BURUK
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Sedangkan buruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan, dan dibenci manusia.
Ukuran baik dan buruk terdapat pada: Aliran Naturalisme, Aliran Hedonisme, Eudamonisme, Pragmatisme, Vitalisme, Idealisme, Eksistensialisme, Utilitarisme, Deontologi, dan Teologis.

BAB 5
AKHLAK TERPUJI (AKHLAK MAHMUDAH)
Akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim (Al-Ghazali). Macam-macam akhlak terpuji antara lain:
1.     Akhlak terhadap Allah SWT: menauhidkan Allah SWT, berbaik sangka, tawakkal.
2.     Akhlak terhadap diri sendiri: sabar, syukur, menunaikan amanah, benar/jujur, menepati janji, memelihara kesucian diri.
3.     Akhlak terhadap keluarga: berbakti kepada orang tua, bersikap baik terhadap saudara.
4.     Akhlak terhadap masyarakat: berbuat baik kepada tetangga, dan suka menolong orang lain.
5.     Akhlak terhadap lingkungan: memanfaatkan alam sebaik-baiknya.


BAB 6
AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH)
Akhlak tercela meruapakan tingkah laku yang tercela merupakan tingakah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan maratabatnya sebagai manusia. Macam-macam akhlak tercela antara lain: syirik, kufur, nifak dan fasik, takabur dan ujub, dengki, gibah, dan riya’.

BAB 7
PENGERTIAN TASAWUF DAN DASAR-DASAR QURANINYA
Pengertian Tasawuf menurut istilah adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akhlak tasawuf memiliki ciri umum, diantaranya: memiliki moral, pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak, pengetahuan intuitif langsung, timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT, dan penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat. Tasawuf memiliki landasan, yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.


BAB 8
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI MASA KE MASA
Untuk melihat sejarah tasawuf, perlu dilihat perkembangan peradaban Aslam sejak zaman Rasulullah SAW. Sebab, pada hakikatnya kehidupan rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat. Kesederhanaan hidup dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam datang, masa Rasulullah SAW. dan para sahabatnya hidup dalam suasana kesederhanaan.
Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf dapat dibedakan ke dalam beberapa periode, dan setiap periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masing-masing. Periode tersebut adalah: Abad pertama dan kedua Hijriyah, yaitu periode sahabat dan tabi’in; abad ketiga dan keempat hijriyah, yaitu periode tabi tabi’in; abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriyah; dan abad kesembilan, keseepuluh Hijriyah, dan sesudahnya.
BAB 9
KERANGKA BERFIKIR ‘IRFANI: DASAR-DASAR FALSAFI AHWAL DAN MAQAMAT
Dalam perjalanan menuju Allah SWT., kaum sufi harus menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan hal (keadaan). Maqam-maqam yang dijalani kaum sufi antara lain: tobat, zuhud, faqr, sabar, syukur, rida dan tawakal. Hal-hal yang dijumpai dalam perjalanan kaum sufi, anatara lain adalah waspada dan mawas diri, kehampiran/kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja’), rindu (syauq), intim (uns), tenteram, penyaksian (musyahadah) dan yakin.

BAB 10
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM, FILSAFAT, FIQH, DAN ILMU JIWA
Sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman, tasawuf tidak dapat lepas dari keterkaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti ilmu kalam, fiqh, filsafat, ilmu jiwa, dan bidang-bidang lainnya. Kaitannya dengan ilmu fiqh, tasawuf merupakan penyempurna fiqh, karena tasawuf memberikan corak batin terhadap ilmu fiqh. Seperti tidak seperti tidak sempurnanya shalat tanpa rasa khusyuk dan tidak sempurna ibadah tanpa niat yang ikhlas. Bahkan imam Malik pernah berkata: “Barangsiapa mendalami fiqh, tetapi belum bertasawuf, berarti ia fasiq. Barangsiapa bertasawuf, tetapi belum mendalami fiqh, berarti ia zindiq. Dan barangsiapa yang melakukan keduanya, berarti ia tahaqquq (melakukan kebenaran).
Tasawuf juga berkaitan erat dengan ilmu filsafat. Misalnya kajian tasawuf tentang jiwa. Secara jujur, harus diakui bahwa terminologi jiwa dan roh banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Sederetan intelektual muslim ternama juga mengkaji tentang jiwa dan roh, di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
BAB 11
TASAWUF AKHLAKI
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara tasawuf dengan ilmu akhlak. Tasawuf akhlaki dapat terealisasikan secara utuh jika pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah dibuktikan dalam kehidupan sosial. Tokoh sufi yang termasuk tasawuf akhlaki adalah Hasan al-Basri (w. 110 H), al-Muhasibi (w. 241 H), al-Qusyairi (w. 405 H), dan al-Ghazali (w. 505 H).

BAB 12
TASAWUF IRFANI
Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungan manusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan tidak pernah kita lakukan, ini tingkatan ikhlas yang paling tinggi. Tokohnya antara lain: Rabi’ah Al-Adawiah, Dzu An-Nun Al-Misri, Abu Yazid Al-Bustami, dan Abu Manshur Al-Hallaj.

BAB 13
TASAWUF FALSAFI
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajaranya menggunakan terminologis filosofis dalam pengungkapanya. Tokohnya antara lain: Ibnu Arabi, Al-Jili, dan Ibnu Sab’in.



BAB 14
TAREKAT
Tarekat yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Iran dan Irak. Pada periode ini muncullah beberapa tarekat, diantaranya: Tarekat Yasaviyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (562 H/1169 M); Tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh M. Bahuddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (1389 M) di Turkistan; Tarekat Khalwatiyahyang didirikan oleh Umar Al-Khawalti (1397 M); Tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (1334 M) dan tarekat Bairamiyah yang didirikan oleh Hijji Bairan (1430 M).


BAB 15
STUDI KRITIS TERHADAP ALIRAN-ALIRAN TASAWUF
Di antara sekte-sekte tasawuf yang dianggap sesat oleh penentangnya adalah: Pertama, sekte Al-Isyraqi, yang didominasi oleh ajaran filsafat bersama sifat zuhud. Al-Israqi (penyinaran) adalah penyinaran jiwa yang memancarkan cahaya dalam hati sebagai hasil dari pembinaan jiwa dan penggemblengan roh disertai dengan penyiksaan badan untuk membersihkan dan menyucikan roh. Kedua, sekte Al-Hulul, yang berkeyakinan bahwa Allah ‘azza wa jalla bisa bertempat atau menitis dalam diri manusia –Mahasuci Allah ‘azza wa jalla dari sifat itu-, Ketiga, sekte Wihdatul Wujud, yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang terlihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan atau penampakan Dzat Ilahi (Allah ‘azza wa jalla).


BAB 16
TASAWUF DI INDONESIA
Dari sekian banyak naskah lama yang berasal dari Sumatra, baik yang ditulis dalam bahasa Arab maupun Melayu, berorientasi sufisme. Hal ini menunjukkan bahwa pengikut tasawuf merupakan unsur yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu. Kenyataan lainnya, kita dapat melihat pengaruh yang sangat besar dari para sufi dalam memengaruhi kepemimpinan raja, baik yang ada di tanah Aceh maupun yang ada di tanah Jawa. Tokoh sufi yang mempengaruhi perkembangan tasawuf di Indonesia, di antaranya Hamzah al-Fansuri, Nurudin al-Raniri, Syekh Abdul Rauf al-Sinkili, dan Syekh Yusuf al-Makasari.
Disusun oleh: Tata Puspita