playlist

Sunday, 2 December 2018

Analisis Teori dengan Menggunakan Perspektif Behavioristik pada Artikel: Bertahan Hidup dengan Salju dan Es


Analisis Teori dengan Menggunakan Perspektif Behavioristik
Artikel : Bertahan Hidup dengan Salju dan Es
            Pada artikel tersebut subjek, Giorgia Galassi (22) dan pasangannya, Vincenzo Forti (25) dari Giulianova, Italia sedang bersantai berada di Hotel Rigopiano, Italia Tengah. Tiba-tiba hotel mewah itu runtuh diterjang longsoran salju. Mereka pun terjebak dalam di dalam reruntuhan selama 48 jam. Untuk bertahan hidup agar tak dehidrasi, mereka terpaksa memakan salju dan es di sekeliling mereka. Tak ada yang bisa dilakukan selain berteriak minta tolong dan memukul patahan balok yang mengimpit. Galassi hampir putus asa, namun Forti berusaha memberinya semangat dengan sering bersenandung saat harapan mulai memudar. Para korban mengandalkan telepon genggam sebagai penerangan. Namun, ketika daya baterai habis hanya ada kegelapan. Keduanya dan orang-orang yang mampu bertahan hingga akhirnya berhasil diselamatkan oleh bantuan tim penyelamat.
            Berdasarkan teori psikologi yang ada, teori yang sesuai untuk gambaran artikel seperti pada paragraf 1 adalah Behaviorisme. Menurut Abraham Maslow pada tahun 1958 bahwa psikologi behavioristik adalah sebagi kekuatan pertama. Aliran ini dipelopori oleh John Broadus Watson (1878-1958). Behaviorisme ini berasal dari istilah “Behavior” yang artinya tingkah laku. Jadi pada aliran ini, psikologi behaviorisme mempelajari bahwa tingkah laku yang nyata, terbuka dan dapat diukur secara obyektif oleh kita.
Aliran ini menganggap bahwa psikologi manusia itu berdasarkan tingkah laku kita bukan dari kesadaran kita. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku di mana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pembelajar dalam berperilaku. Tingkah laku menurut teori behaviorisme ini adalah tingkah laku yang diakibatkan karena pengaruh dari lingkungannya. Lingkungan adalah hal yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Konsep Watson mengenai beberapa fungsi psikis: Stimulus dan response, Penginderaan (sensation) dan Persepsi (perception), Feeling (perasaan) dan Emosi, Teori Belajar, Teori Berpikir.
Berdasarkan penjelasan kasus pada artikel tersebut, dimana seseorang bertahan hidup dengan memakan es, sesuai dengan penjabaran teori behaviorisme pada paragraf diatas. Behaviorisme sendiri merupakan pola perilaku yang dipengaruhi lingkungan, sehingga dengan kondisi bencana, orang yang berada pada kondisi itu sangat dimungkinkan memakan es agar bertahan hidup. Stimulus yang ada pada artikel tersebut adalah situasi atau keadaan bencana longsor salju dan respon yang dihasilkan oleh subjek yaitu untuk tetap bertahan hidup mereka memakan es.  Penginderaan yang terjadi hanya kepada salju dan es karena di sekelilingnya yang jelas nampak dipenuhi salju dan es. Perasaan dan emosi yang takut, sedih, dan penuh harap ada yang menolong ketika mereka berteriak meminta tolong, tetapi nyatanya yang mendengar juga sama-sama korban. Ditunjukkan juga saat Galassi hampir putus asa, pasangannya berusaha memberinya semangat dengan cara bersenandung, secara tidak langsung memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan atau orang-orang yang ada dalam bencana tersebut. Proses belajar menurut Watson adalah hasil latihan yang terus menerus, disini merupakan penjelasan teori belajar sekaligus teori berpikir karena situasi longsor yang tertutupi salju dan es maka mereka yang ada di dalamnya berpikir untuk bisa beradaptasi dan bertahan dengan memakan es. Hal itu dilakukan berulang selama 48 jam.
Kesimpulannya, inti dari teori behaviorisme ini sangat cocok dengan situasi yang dihadapi oleh para korban bencana longsor salju dan es dengan usaha agar dapat bertahan hidup. Mereka rela memakan es demi mempertahankan hidupnya, dalam arti lain tindakan mereka sudah benar untuk mampu beradaptasi menyesuaikan diri sesuai penjelasan teori behaviorisme.







Disusun oleh: Tata Puspita