Analisis
Teori dengan Menggunakan Perspektif Behavioristik
Artikel : Bertahan
Hidup dengan Salju dan Es
Pada artikel
tersebut subjek, Giorgia Galassi (22) dan pasangannya, Vincenzo Forti (25) dari
Giulianova, Italia sedang bersantai berada di Hotel Rigopiano, Italia Tengah.
Tiba-tiba hotel mewah itu runtuh diterjang longsoran salju. Mereka pun terjebak
dalam di dalam reruntuhan selama 48 jam. Untuk bertahan hidup agar tak
dehidrasi, mereka terpaksa memakan salju dan es di sekeliling mereka. Tak ada
yang bisa dilakukan selain berteriak minta tolong dan memukul patahan balok
yang mengimpit. Galassi hampir putus asa, namun Forti berusaha memberinya
semangat dengan sering bersenandung saat harapan mulai memudar. Para korban
mengandalkan telepon genggam sebagai penerangan. Namun, ketika daya baterai
habis hanya ada kegelapan. Keduanya dan orang-orang yang mampu bertahan hingga
akhirnya berhasil diselamatkan oleh bantuan tim penyelamat.
Berdasarkan
teori psikologi yang ada, teori yang sesuai untuk gambaran artikel seperti pada
paragraf 1 adalah Behaviorisme. Menurut Abraham Maslow pada tahun 1958 bahwa
psikologi behavioristik adalah sebagi kekuatan pertama. Aliran ini dipelopori
oleh John Broadus Watson (1878-1958). Behaviorisme ini berasal dari istilah
“Behavior” yang artinya tingkah laku. Jadi pada aliran ini, psikologi
behaviorisme mempelajari bahwa tingkah laku yang nyata, terbuka dan dapat
diukur secara obyektif oleh kita.
Aliran ini menganggap bahwa psikologi
manusia itu berdasarkan tingkah laku kita bukan dari kesadaran kita. Kaum
behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku di mana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pembelajar
dalam berperilaku. Tingkah laku menurut teori behaviorisme ini adalah tingkah
laku yang diakibatkan karena pengaruh dari lingkungannya. Lingkungan adalah hal
yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Konsep Watson mengenai
beberapa fungsi psikis: Stimulus dan response,
Penginderaan (sensation) dan Persepsi
(perception), Feeling (perasaan) dan Emosi, Teori Belajar, Teori Berpikir.
Berdasarkan penjelasan kasus pada
artikel tersebut, dimana seseorang bertahan hidup dengan memakan es, sesuai
dengan penjabaran teori behaviorisme pada paragraf diatas. Behaviorisme sendiri
merupakan pola perilaku yang dipengaruhi lingkungan, sehingga dengan kondisi
bencana, orang yang berada pada kondisi itu sangat dimungkinkan memakan es agar
bertahan hidup. Stimulus yang ada pada artikel tersebut adalah situasi atau
keadaan bencana longsor salju dan respon yang dihasilkan oleh subjek yaitu
untuk tetap bertahan hidup mereka memakan es.
Penginderaan yang terjadi hanya kepada salju dan es karena di
sekelilingnya yang jelas nampak dipenuhi salju dan es. Perasaan dan emosi yang
takut, sedih, dan penuh harap ada yang menolong ketika mereka berteriak meminta
tolong, tetapi nyatanya yang mendengar juga sama-sama korban. Ditunjukkan juga
saat Galassi hampir putus asa, pasangannya berusaha memberinya semangat dengan
cara bersenandung, secara tidak langsung memberikan pengaruh positif terhadap
lingkungan atau orang-orang yang ada dalam bencana tersebut. Proses belajar
menurut Watson adalah hasil latihan yang terus menerus, disini merupakan
penjelasan teori belajar sekaligus teori berpikir karena situasi longsor yang
tertutupi salju dan es maka mereka yang ada di dalamnya berpikir untuk bisa
beradaptasi dan bertahan dengan memakan es. Hal itu dilakukan berulang selama
48 jam.
Kesimpulannya, inti dari teori
behaviorisme ini sangat cocok dengan situasi yang dihadapi oleh para korban
bencana longsor salju dan es dengan usaha agar dapat bertahan hidup. Mereka
rela memakan es demi mempertahankan hidupnya, dalam arti lain tindakan mereka
sudah benar untuk mampu beradaptasi menyesuaikan diri sesuai penjelasan teori
behaviorisme.
Disusun oleh: Tata Puspita